Sabtu, 31 Mei 2008

PENTINGNYA MEDIA DI SEKOLAH

Oleh : Tri Wulandari
1102406048


Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya sebuah media massa perlu dimulai sejak awal. Sekolah sebagai basis para kaum muda bisa dimanfaatkan sebagai jalan masuk utama menuju tingkat kesadaran tersebut.

Tidak dapat dipungkuri bahwa peran media sangat berpengaruh dalam berbagai hal. Peran terbesarnya untuk memberikan informasi bagi masayarakat luas membawa media massa menjadi sesuatu hal yang wajib diberdayakan.

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan tidak lepas dari keterikatan tersebut. Salah satu wujud media massa yang ada di sekolah biasanya dalam bentuk majalah. Majalah sendiri kemudian bisa terbagi lagi menjadi dua yaitu majalah dinding atau majalah cetak. Apapun bentuknya majalah tetap menjadi salah satu sarana komunikasi intern yang cukup efektif. Beberapa sekolah juga sudah menyediakan media lain seperti web-site yang membuka sekolah pada komunikasi global.

Seberapa pentingkah peran media massa di sekolah? Hal utama yang menjadi peran penting terciptanya media massa di sekoloah tentunya menyalurkan informasi. Memang sudah menjadi tugas dan tanggung jawab media untuk memberikan informasi kepada siapa saja yang membutuhkannya. Bila dalam pengadaaan majalah hanya mencakup wilayah tertentu, teknologi internet sangat menolong dalam proses penyaluran informasi dengan cakupan yang lebih luas, bahkan sangat luas.

Namun kepentingan media massa di sekolah tidak hanya terbatas pada tahap di atas. Bila dilihat lebih jauh lagi, peran media massa di sekolah merupakan bibit dari terbentuknya media massa di luar sekolah. Inilah awal dari budaya menyalurkan pendapat dan budaya menulis. Media massa di sekolah menjadi perintis usaha pengembangan media massa yang lebih luas di tengah masyarakat umum.

Budaya berpendapat
Ini menjadi suatu kebiasaan penting yang perlu dikembangkan baik di sekolahmaupun di luar sekolah. Terutama bagi masyarakat Indonesia yang terkadanag sudah terdoktrinasi untuk tidak berpendapat secara terbuka. Kita lebih terbiasa menyampaikan suatu pesan secara tersirat atau mungkin tidak menyampaikannya sama sekali.

Terlebih lagi anak-anak. Mereka terkadang mendapatkan halangan untuk bisa berpendapat. Kecenderungan itu terjadi karena pola dasar budaya yang ada di Indonesia sering kali mendiskriminasi pendapat anak-anak. Banyak orang tua yang cenderung membungkam anaknya untuk berbicara macam-macam. Entah karena takut akibatnya atau karena tidak suka punya anak yang cerewet (rewel).

Namun budaya tersebut terkadang menjadi halangan tersendiri bagi kita untuk mengungkapkan pendapat kita. Dampak yang lebih luas lagi banyak sekali kebenaran yang tidak bisa terungkap. Inilah sebab mengapa buadaya untuk berpendapat dapat dikatakan sebagai sesuatu yang penting dan wajib dikembangkan.

Cukup masa orde baru saja media massa diberangus untuk tidak bicara, sekarang saatnya media terbuka. Tetapi perlu disadari juga keterbukaan dan kebebasan media massa bukan berarti bebas tanpa batas. Media juga harus mengikuti etika-etika yang membatasi kebebasan mereka. Medis harus sadar betul bahwa di sekelilingnya ada kepentingan lain yang tidak bisa ditabrak begitu saja.

Adanya media massa di sekolah membuka peluang besar bagi siswa untuk menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan baik fiksi maupun non-fiksi. Semua itu merupakan ungkapan tentang sesuatu yang ada di pikiran mereka. Belajar mengungkapkan sesuatu adalah tahap awal pembentukan budaya berpendapat.

Budaya Menulis
Kebiasaan menulis tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kebiasaan membaca. Maka menulis juga menjadi hal yang sangat penting mengingat keinginan untuk menulis akan selalu diikuti kebiasaan membaca. Biar bagaimanapun untuk dapat menuliskan sesuatu, seseorang perlu membaca untuk menadapatkan materi yang akan dimasukkan dalam tulisannya.
Seperti yang diunggkapkan Monsinyur Datus, Uskup Sorong, Irian Jaya, di tengah misa bersama Forum Agenda 18(Perkumpulan Penulis Katolik di Bawah Komisi Sosial KWI) di Gedung KWI Cikini. Ia mencertakan pengalamannya ketika pertama kali tulisannnya berhasil di muat di media massa. Waktu itu usianya 21 tahun, ia begitu senang karena hal itu. Namun prosesnya ternyata tidaklah mudah.

Tulisan yang ia hasilkan itu adalah hasil dari sebuah proses panjang selama bertahun-tahun. Sejak ia masih berusia 12 tahun, di seminari (sekolah untuk calon pastor), ia sudah mulai melahap buku-buku bacaan. Semua buku seperti Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis dan buku-buku lain yang ada pada massa itu. Dengan modal bacaan selama bertahun-tahun itulah akhirnya ia bisa menghasilkan tulisan yang dimuat di media massa.

Bukan proses yang mudah. Karena untuk menghasilkan sebuah tulisan dengan isi yang berkualitas, tentunya perlu ada materi dan argumen yang kuat. Selain itu penguasaan kosa kata juga diperlukan ketika ingin menulis sebuah artikel. Semua unsur tersebut dapat diperoleh dengan membaca.

Keberadaan media di sekolah sebagai pemicu minat menulis, secara tidak langsung juga menuntut adanya peningkatan pada minat baca. Romo Alex dari Komisi Sosial KWI sangat prihatin karena pada saat ini budaya yang lebih menonjol adalah budaya menonton daripada budaya membaca. Kebanyakkan orang lebih senang menonton sesuatu dari pada membaca buku. Maka ketika media massa di sekolah bisa menjadi sarana untuk menyemangati siswa menulis sekaligus membaca, tentunya akan menjadi sesuatu yang berdampak positif.

Ternyata keberadaan media massa di sekolah tidak hanya sebagai penyalur informasi semata. Ada hal yang sangat penting bagi bangsa ini di masa depan hanya dimulai dari media massa di sekolah. Peran penting itu tentunya akan menjadi lebih berguna lagi bila kita yang ada di dalamnya bisa ikut aktif terlibat.(xa)
Sumber : http://www.sanurbsd-tng.sch.id/sr_innova/index.asp?fuseaction=lanjut1&id=45

Senin, 26 Mei 2008

Mengoptimalkan Multimedia sebagai Sarana Mencerdaskan Bangsa

oleh : Ulfi Dwi P
1102406017

Dalam era yang semakin mengglobal seperti saat ini, Indonesia dihadapkan pada sejumlah persoalan yang kian hari bukan bertambah ringan, tapi sebaliknya semakin berat dan kompleks. Pasar bebas Asia (AFTA) yang akan dimulai pada tahun 2003 dan pasar bebas dunia pada tahun 2020, menyimpan segudang potensi sekaligus ancaman yang serius bagi negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia. Yang jelas, pasar bebas adalah ajang yang mempertaruhkan martabat serta harga diri bangsa. Bagaimana tidak, jika saat itu hampir semua posisi profesi yang kini dipegang oleh warga Indonesia, boleh ditempati oleh orang asing. Untuk itu pemerintah harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dengan bekal wawasan, ilmu, pengetahuan, dan teknologi yang cukup sebagai modal di era persaing- an ini.

Untuk mencapai itu semua kata kuncinya adalah pemerataan pendidikan. Sebagian orang pesimis pemerataan pendidikan dapat terealisasi di Indonesia karena begitu luasnya wilayah geografi yang harus dijangkau. Tiga belas ribu lebih pulau yang terpisah oleh lautan adalah hambatan terbesar yang menahan laju percepatan pemerataan informasi. Namun dalam konsep Wawasan Nusantara, lautan bukanlah pemisah tetapi sebaliknya adalah jembatan penghubung yang merangkai pulau-pulau tadi menjadi satu-kesatuan yang bulat dan utuh. Barangkali semangat Wawasan Nusantara inilah yang harus lebih dipahami dalam konteks pemerataan informasi pendidikan ini.

Atas dasar kenyataan di atas penulis mencoba memberikan sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha mencerdaskan bangsa lewat program pemerataan pendidikan yang tampaknya belum sepenuhnya berjalan baik saat ini. Usaha-usaha tersebut dapat coba dilakukan dengan mengoptimalkan peranan teknologi multimedia, teknologi yang bakal menjadi bintang dalam era mendatang.

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

oleh: Devi Rianasari
1102406001

Teknologi komunikasi merupakan teknologi modern dalam bidang komunikasi dengan produk yang berupa peralatan elektronik dan bahan-bahan (sofware) yang disajikan telah mempengaruhi seluruh sektor kehidupan termasuk pendidikan dan teknologi komunikasi pendidikan itu mempunyaisuatu manfaat dalam mempengaruhi dan mengetahui hal–hal yang ada di sekitar dan diperuntukan kepada orang lain secara timbal balik, sehingga mampu untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan seperti halnya di indonesia sarana yang cukup memadai dalam teknologi komunikasi adalah media radia, televisi dan lain–lain. Teknologi komunikasi dapat digunkan untuk menimbulkan kepekaan terhadap keadaan, nasip serta malapetaka yang menimpa pada suatu daerah, dengn adanya media teknologi komunikasi maka keadaan yang demikian dapat menimbulkan suatu respon dan rasa solidaritas (kesetiakawan) kepada orang lain apabila dalam pendidikan khuusnya pendidikan formal maka teknologi komunikasi seperti media komunikasi yang dijadikan pelengkap untuk menambah intlektual dan emosianal dalam pendidikan misal: OHP vidio, televisi maka selain itu haruslah ada teknologi kemunikasi yang lebih sentral atau menjadi pusat pengembangan dan pemahaman bagi anak didik yaitu seorang pendidik (guru) yang dapat memberikan suatu pesan atau amanah dalam menjadikan akan didik lebih dewasa, maka dari itu kami disini akan membahas tentang manfaat dari teknologi dalam pengembangan pendidikan.

Komunikasi berasal dari bahasa latin : Communicatee yang berarti memberitahukan, berpartisipasi atau menjadi milik bersama, misalnya komunikasi diartikan : proses menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan atau nilai-nilai dengan maksud menggunakan partisipasi agar hal-hal yang disampaikan itu menjadi milik bersama antara komunikator (orang yang menyampaikan pesan) dan kemunikasi (orang yang menerima pesan).[15]

Komunikasi dapat diartikan menjadi empat yaitu :
1. Penerapan praktis merupakan suatu yang sudah diolah dan siap dipakai oleh para pelaksana dan penerima pendidikan tenru saja pada tingkatan dan tanggung jawab yang berbeda.
Misalnya menerapkan produk elektronika seperti komputer, radio dan lain-lain dalam belajar mengajar
2. Prinsip dan penemuan ilmu komunikasi baik pada diri manusia maupun pada mesin (peralatan) tetapi dalam pengertian “man machine system”
3. Efisien dan efektif berarti dalam aplikasi prinsip dan penemuan itu tidak semata-mata merupakan komponen tambahan melainkan yang mempunyai peranan khusus dan menentukan adanya perubahan peranan pada komponen yang lain. Misal : tidak ada sekedar membantu guru (sebagai alat bantu mengajar yang sering kali hanya dipajang didepan kelas) melainkan menunjang guru dengan pedoman dan syarat penggunaan tertentu
4. Proses pendidikan, bukan hanya yang berlangsung didalam kelas atau didalam sekolah saja melainkan yang berlangsung pada semua tingaktan (level) yaitu mulai dari proses kurikulum, perencanaan pengajaran sampai pelaksanaan interaksi dalam belajar.[16]

Komunikasi memegang peranan penting dalam pendidikan agar komunikasi antara guru dan siswa berlangsung baik dan informasi yang disampaikan guru dapat diterima siswa, guru perlu menggunakan media pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar melalui media terjadi bila ada komunikasi antara guru (sumber) dan murid (penerima).

Selender (s)/sumber yaitu orang yang melakukan komunikasi atau memberi pesan. Message (m) yaitu isi pesan yang diberikan oleh sumber kepada penerima pesan. Sedangkan penerima pesan disebut reciver dan dilambangkan dengan R. Dalam proses itu sendiri baru terjadi setelah ada reaksi umpan balik (feed back) dalam hal ini penerima pesan (R) berubah fungsi sebagai selender sedangkan sumber menjadi receiver atau penerima pesan.

Dalam proses / konsep teknologi pendidikan, tugas media bukan hanya sekedar mengkomunikasikan hubungan antara sumber (pengajar) dan sipenerima (si anak didik), namun lebih dari itu merupakan bagian yang integral dan saling mempunyai keterkaitan antara komponen yang satu dengan yang lainnya, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.[17]

Ø Pola-pola komunikasi dalam interaksi belajar mengajar (pendidikan)
Pola komunikasi dalam interaksi pendidikan dibagi menjadi 2 bagian:
(1). Pola komunikasi satu arah
Seorang guru sebagai pusat belajar mengajar (teacher centered), guru menyampaikan pelajaran dengan berceramah sianak didik mendengarkan dan mencatat (si anak didik pasif) gurulah yang merencanakan, mengendalikan dan melaksanakan segala sesuatu.
Tapi pola ini banyak kelemahan dibanding keuntungan, kelemahanya : suasana kelas kaku, guru cenderung otoriter sebab hubungan guru dengan si anak seperti majikan dengan bawahan, mengerti atau tidak mengertinya si anak didik tidak dengan cepat diktehu guru dan guru akan berbicara terus menerus.

(2). Pola komunikasi dua arah
Pada pola ini sianak didik memperoleh pengetahuan didalam kelas di bawah bimbingan guru atau dengan bantuan tenaga temannya sendiri, terjadilah suatu proses saling bertukar pikiran atau saling membero informasi yang mematangkan si anak didik dalam segala perbuatan belajar.
Pola komunikasi dua arah ini terbagi menjadi 3 yaitu:
(a). Jalur dua arah guru dan anak didik
Si anak punya kesempatan untuk bertanya, mengajukan hadapan, keberatan atau tidak setuju tentang apa-apa yang disampaikan kepadanya, tentang apa-apa yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
(b). Jalur dua arah guru-anak didik dan anak berdampingan
Jalur ini lebih memberi kesempatan lagi kepada anak didik tidak hanya kepada guru dia menanyakan dan mengemukakan pendapatnya, akan tetapi juga kepada teman-teman yang duduk di kiri-kanannya.
(c). Jalur dua arah guru anak didik dan antara anak didik
Ini dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih berarti lebih berdaya guna, lebih berhasil guru pada diri anak didik dan masyarakat karena memberi kesempatan lagi pada anak didik dan masyarakat karena memberikesempatan lagi pada anak didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya tidak hanya kepada guru akan tetapi juga dapat antar anak didik.

Dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak didik, guru/ pengajar haruslah tahu kriteria/karakteristik dari anak didiknya karena setiap individu itu mempunyai perbedaan adanya itu karena pengaruh:
1. Pembawaan yaitu kepantasan intelegensi urat saraf dan benrtuk tubuh
2. Lingkungan yaitu pengaruh dari luar yang mempengaruhi perkembangan anak. Misal: ekonomi keluarga, masalah keluarga.[18]

Selain pada pendidikan yang berkisar verbal maka ada bentuk-bentuk komunikasi lain yang bersifat non-verbal yang tidak kalah pentingnya untuk proses pendidikan/ pembelajaran yang bersifat formal, yaitu:
(1). Para bahasa (paralanguage), komunikasi yang menggunakan, nada suara intonasi atau yang menyampaikan “pesan khusus”
(2). Bahasa tanda (sign language), komunikasi yang menggunakan segala macam kodifikasi untuk mengganti biloangan tanda-tanda baca: kata-kata, menggunakan bahasa rambu
(3). Bahasa perbuatan (action language), komunikasi yang menggunakan isyarat, ekspresi wajah dan gerakan-gerakan
(4). Bahasa obejek (objek language), komunikasi yang menggunakan benda-benda tertentu yang mempunyai makna tertentu
(5). Takfil (tacfil), komunikasi yang menggunakan rabaan atau pegangan (Sudjana & Rivai, 1989)

Dari bentuk-bentuk komunikasi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi dapat bersifat abstrak dan bersifat konkret tergantung pada media yang digunakan.[19]
Didalam teknologi kominikasi yang penerapannya dalam pendidikan banyak sekali aktivitasnya yaitu :
- fasilitas dan media yang mengentarai transaksi dan informasi
- metode pendidikan dimana fasilitas dan media merupakan komponen integral
- serangkaian pilihan yang menghendaki adanya
a. Perubahan fisik kelas
b. Hubungan guru dan murid yang tidak langusng, artinya: bahwa ada media pelengkap untuk memberi suatu pengetahuan lebih dalam menangkap mata pelajaran
c. Aktiviras murid yang relatif independent di kontrol guru
d. Tenaga pembantu guru (juru ajar/para guru profesional)
e. Perubahan peranan dan kecakapan guru yang diperlukan
Kita lihat dari teknologi komunikasi yang non verbal dan sepertinya bias digunakan dalam komunikasi instruksional, komunikasi instruksional emr subset dari komunikasi secara keseluruhan yang bersifat metodis-teoritis, maksudnya kajian atau garapannya berpola tertentu sehingga akhirnya bisa diterapkan untuk kepentingan dilapangan, adapun manfaat adanya komunikasi instruksional yaitu: efek perubahan tingkah laku yang terjadi, sehingga hasil tindakan komunikasi instruksional bisa dikontrol atau dikendalikan digunakan baik misal : vidio dalam pengajaran, komputer untuk mengembanagkan ilmu yang lebih maju, tapi komunikasi instruksional juga lebih ditekankan kepada pola perencanaan dan pelaksanaan secara operasional yang didukung oleh teori-teori untuk keberhasilan efek perubahan perilaku pada pihak sasaran pelaksanaan tersebut yaitu : guru, dosen, penyulung, pembimbing.[20]

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengembangan teknologi komunikasi pendidikan dipengaruhi aspek internal dan juga aspek eksternal, dan pada aspek internal yaitu ada beberapa faktor:
Ø Hambatan pada sumber yaitu komunikator/guru
- Hambatan kejiwaan/psikologis yaitu simpati, ketidak senangan, benci
- Hambatan bahasa yaitu gangguan sematik yang berhubungan digunakan arti kata salah (bahasa/kata-kata yang belum dipahami)
- Perbedaan pengalaman yaitu gangguan pada masalah kehidupan (penyampaian dari komunikator apa yang disampaikannya tentu tidak sebaik mereka yang mempunyai keahlian yang baik (kecongkakan, kurang motivasi, kurang pergaulan)
Ø Hambatan pada media/alat komunikasi
- Hambatan/gangguan pada saluran terjadi karena adanya ketidakberesan pada saluran komunikasi atau pada suasana sekitar berlangsungnya proses komunikasi dalam pendidikan
Misalnya gangguan suara, tidak jelas/sakah teknis, gambar tidak jelas, dan lain-lain.
- Hambatan pada komunikan terjadi pada pihak komuniktor atau pengajar dan media/saluran tetapi pihak sasaran pun bisa berpeluang untuk menghambat bahkan kemungkinan lebih besar dari yang lain (timbul kecurigaan) (menurut Cawley, 1982)
Secara umumnya; Hambatan dalam komunikasi yang ditemui dalam proses belajar mengajar antara lain:
1. Verbalisme, dimana guru menerangkan pelajaran hanya melalui kata-kata secara lisan (anak didik pasif)
2. Perhatian yang bercabang yaitu perhatian murid tidak terpusat pada informasi yang disampaikan guru, tetapi bercabang perhatian lainnya.
3. Kekacauan penafsiran, terjadi disebabkan adanya tangkap murid sehingga sering terjadi istilah-istilah yang sama diartikan berbeda-beda.
4. Tidaka adanya tanggapan, yaitu murid-murid tidak merespon aktif apa yang disampiakan oleh guru, sehingga tidak terebntuk sikap yang diperlukan. Disini proses pemikiran tidak terbentuk sebagaimana mestinya.
5. Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode pengajaran kurang bervariasi, sehingga penyampaian informasi yang “monoton’ emnyebabkan kebosanan murid
6. Kaadaan fisik dan lingkungan yang mengganggu, misal obyek nyg terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat,dan obyek yang terlalu kompleks serta konsep yang terlalu luas,sehingga menyebapkan tanggapan murit menjadi mengambang.
7. Sipat pasip anak didik yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti pelajaran disebapan kesalahan memilih teknik komunikasi dalam pendidikan/ pengajarannya.[21]
Untuk mengatasi hambatan di atas ada beberapa pelancar komunikasi, memperlancar itu dengan halnya:
1. Kepercayaan/kredibilitas.
2. Kewenangan yang adil.
3. Kewibawaan.
4. Kondisi tehnik yang baik.
5. Penguasaan sematik/bahasa yang baik.
6. Status sosial seseorang guru yang baik dan profesional.
7. Menghindari lambang-lambang yang belum di pahami oleh penerima pesan.
8. Penyajian yang di persiapkan secara mantap.
9. Usaha untuk mengatasi ferbalisme ialah penggunaan media secara terinterigrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji, stimulus informasi, sikap dan lain-lain, untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.

Manfaat teknologi komunikasi dalam pendidikan
Masuknya teknologi komunikasi pendidikan dalam garis besarnya akan mempengaruhi strategi pengembangan kurikulum pola interaksi pendidikan dan lahirlah berbagai bentuk lembaga pendidikan, dalam hal ini media mempunyai peranan penting yang di laksanakan secara menyeluruh yaitu:
1. Sumber media berupa orang saja ( kebanyakan terjadi pada madrasah sekarang ini) dalam pola interaksi ini guru kelas memegang penuh kendali atas berlangsungnya pengajaran dan bahkan pendidikan.
2. Sumber berupa orang yang di bantu oleh sumber lain, maka guru masih memegang kontrol hanya saja tidak mutlak, karena dia dibantu oleh sumber lain.
3. Sumber orang bersama sumber lain berdasarkan suatu pembagian tanggung jawab (terdapat kontrol bersama) misalnya media mengontrol penyajian informasi serta efektifitas penerimaan pesan sedang guru kelas mengontrol disiplin dan kegairahan belajar.
4. Sumber lain/ media tanpa sumber berupa orang, keadaan ini terjadi dalam suatu pembelajaran melalui media, tetapi pelu diingat bahwa media tidaklah mendidik, media dipakai oleh guru untuk mencapai pengembangan anak didik. Berbagai bentuk lembaga pendidikan dapat lahir sebagai pengaruh tekkom, kelembagaan sistem belajar jarak jauh(BJJ) misalnya : merupakan suatu bentuk kelembagaan baru dibanding dengan bentuk yang sudah kita kenal semula. Pertumbuhan ke arah bentuk baru, secara teoritis dapat menuju ke arah terciptanya suatu ”jaringan belajar” (tearning network) yang tidak lagi merupakan suatu lembaga pendidikan, melainkan suatu suasana dimana sumber belajar dalam arti luas, tersedia untuk siapa saja yang mempunyai hasrat belajar. Pemanfaatan tekkom yang tampak secara nyata yaitu media/ alat. Media ini tidak terbatas pada yang dipersiapkan oleh guru kelas sendiri, melainkan yang lebih penting dipersiapkan oleh tiem pembelajaran yang terdiri ahli-ahli dalam bidangnya masing-masing pengajar .
Di lihat dari segi penggunaan media ada tiga kecenderungan untuk penggunaan media yaitu:
a. Dipakai secara massa yang meliputi radio, televisi, teleblackboard.
b. Dipakai dalam kelakuan, baik kecil maupun besar seperti:proyektor film bingkai, overhead , kaset video, kaset suara.
c. Dipakai secara individual seperti mesin belajar misalnya komputer.
Kecenderungan/manfaat pendayagunaan telkom pada saat ini meliputi 5 kebutuhan sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu pelajaran secara langsung
2. Melatih, menatar guru
3. Memperluas jangkauan madrasah
4. Pendidikan dasar dan buta huruf
5. Pendidikan orang dewasa dan pembangunan masyarakat

Dalam dunia pendidikan teknologi komunikasi itu sedemikian penting peranannya dalam proses pendidikan dan belajar mengajar, karena itu efektivitasnya harus menjadi perhatian serius para praktisi pendidikan terutama guru. Agar proses komunikasi lebih efktif dan dengan demikian tujuan pendidikan tercapai secara optimal. Dan alat komunikasi juga penting sebagai pelengkap untuk mencapai pengembangan intelektual dan kreativitas anak didik dan hanya media yang akan mengontrol penyajian informasi bagi anak didiknya pula dan guru juga sebagai sumber sentral agar dapat memberi suatu pengetahuannya.

MAKNA DAN FUNGSI MEDIA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

oleh : Ari Murti
1102406012

Media pendidikan merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan murid menerima dan memahami pelajaran. Proses ini membutuhkan guru yang professional dan mampu menyelaraskan antara media pendidikan dan metode pendidikan.

Kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan serta perubahan sikap masyarakat membawa pengaruh yang besar dalam bidang pendidikan. Hal ini mendorong setiap lembaga pendidikan untuk mengembangkan lembaganya lebih maju dengan memanfaatkan teknologi modern dan kemajuan ilmu pengetahuan sebagai media pembelajaran.
Dari pemikiran di atas sudah jelas media pendidikan itu berkaitan dengan kemajuan suatu pendidikan yang meliputi sebagai berikut :
1. Arti, fungsi dan nilai media pendidikan.
2. Tujuan pendidikan.
3. Psikologi belajar.
4. Bentuk media pendidikan.

Pembahasan ini akan dimulai dari pengertian media pendidikan sebagai alat komunikasi.
Alat komunikasi selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan majunya ilmu pengetahuan.[1] Kaitannya dengan media pendidikan mempunyai fungsi yang besar di berbagai kehidupan, baik di kehidupan pendidikan maupun dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan seni kebudayaan.[2]

Dalam kehidupan pendidikan media komunikasi memberikan kontribusi yang besar dalam kemajuan maupun peningkatan mutu di suatu lembaga pendidikan. Dengan memakai media tersebut anak didik akan mudah mencerna dan memahami suatu pelajaran. Dengan demikian melalui pendekatan ilmiah sistematis, dan rasional tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien.[3]

Untuk mencapai pendidikan tersebut guru memberikan peran yang penting untuk menghantarkan keberhasilan anak didik, oleh karenanya dibutuhkan komunikasi yang baik antara guru dan murid, untuk menciptakan komunikasi yang baik dibutuhkan guru yang profesional yang mampu menyeimbangkan antara media pembelajaran dan metode pengajaran sehingga informasi yang disampaikan guru dapat diterima siswa dengan baik.[4]
Jadi tugas media bukan sebagai sekedar mengkomunikasikan hubungan antara pengajar dan murid namun lebih dari itu media merupakan bagian integral yang saling berkaitan antara komponen satu dengan komponen yang lain yang saling berinteraksi dan mempengaruhi.

1. Arti dan Fungsi Media Pendidikan
Secara harfiah media diartikan “perantara” atau “pengantar”. AECT (Association for Educational Communication and Technology) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi.[5]

Robert Hanick dan kawan-kawan (1986) mendefinisikan media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dalam sudut yang sama Kemp dan Dayton mengemukakan peran media dalam proses komunikasi sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver).[6]

Sedangkan Oemar Hamalik mendefinisikan, media sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran merupakan perantara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran di sekolah.

Mengenai fungsi media itu sendiri pada mulanya kita hanya mengenal media sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni yang memberikan pengalaman visual pada anak dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang komplek dan abstrak menjadi lebih sederhana, kongkret, mudah dipahami. Dewasa ini dengan perkembangan teknologi serta pengetahuan, maka media pembelajaran berfungsi sebagai berikut :
a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan juga memudahkan pengajaran bagi guru.
b. Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi kongkret).
c. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya tidak membosankan).
d. Semua indera murid dapat diaktifkan.
e. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
f. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya.[7]

Dengan konsepsi semakin mantap fungsi media dalam kegiatan mengajar tidak lagi peraga dari guru melainkan pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Hal demikian pusat guru berpusat pada pengembangan dan pengolahan individu dan kegiatan belajar mengajar.[8]

Sebagai seorang pendidik fungsi dan kemampuan media sangat penting artinya. Media merupakan integral dari sistem pembelajaran sebagai dasar kebijakan dalam pemilihan pengembanan, maupun pemanfaatan.

Media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang gilirannya diharapkan mempertinggi hasil belajar yang hendak dicapai. Ada beberapa alasan media pembelajaran berkenaan dapat mempertinggi proses belajar siswa.

Pertama, berkenaan dengan manfaat media pembelajaran, sebagai berikut :
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motifasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami dan dikuasai siswa.
c. Metode pengajaran akan lebih variasi, tidak semata-mata komunikasi verbal.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga punya aktifitas lain seperti mengamati, merumuskan, melakukan dan mendemonstrasikan.

Kedua, penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil belajar yang berkenaan dengan taraf pikir siswa.[9] Berfikir siswa dimulai dari yang kongkret menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang komplek. Dalam hubungan ini penggunaan media pembelajaran berkaitan erat dengan tahapan-tahapan berfikir mereka sehingga tepat penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan kondisi mereka sehingga hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan.
Menurut Ensiclopedi of Educational Reseach, nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berfikir sehingga mengurangi verbalitas.
b. Memperbesar perhatian siswa.
c. Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh karena itu pelajaran lebih mantap.
d. Memberikan pengalaman yang nyata.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu.
f. Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan bahasa.
g. Memberikan pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara yang lain.
h. Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dan murid.
i. Media pendidikan memberikan pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realita dan teliti.
j. Media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar.[10]

2. Tujuan Pendidikan
Pendidikan ditujukan untuk menghantarkan para siswa menuju pada perubahan tingkah laku. Perubahan itu tercermin baik dari segi intelek, moral maupun hubungannya dengan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dalam lingkungan sekolah akan dibimbing dan diarahkan oleh guru dan siswa berperan aktif.[11]

Filsafat pendidikan memberikan kontribusi yang besar mengenai tujuan pendidikan, karena di dalam filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita yang mengatur tingkah laku atau perbuatan seseorang atau masyarakat. Dalam Undang-Undang Sistem Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, disebutkan, bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Berdasarkan pada uraian di atas maka tujuan pendidikan adalah:
a. Memperbaiki mental, moral, budi pekerti memperkuat keyakinan agama.
b. Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan.
c. Membina atau memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat.
d. Membangun warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab
Sebagai seorang pendidik, perumusan tujuan pembelajaran merupakan suatu hal yang pokok sebelum melakukan kegiatan pengajaran. Untuk meneruskan tujuan yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Berorientasi pada kepentingan siswa, dengan bertitik tolak pada perubahan tingkah laku.
b. Dinyatakan pada kata kerja yang operasional artinya menunjukkan pada hasil perbuatan yang dapat diamati atau hasilnya dapat diukur dengan alat ukur tertentu.[12]

3. Psikologi Belajar
Pada umumnya belajar dapat kita lihat dari jenis pandangan, yakni tradisional dan pandangan modern. Pertama, pandangan tradisional, belajar adalah usaha memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. “Pengetahuan” memegang peranan yang penting dalam hidup manusia, pengetahuan adalah kekuasaan siapa saja yang memiliki banyak pengetahuan maka ia akan mendapat kekuasaan. Kedua, pandangan modern, belajar adalah proses perubahan tingkah laku perekat interaksi dengan lingkungannya. Seorang dikatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil yakni terjadinya perubahan tingkah laku.[13]

Jadi dengan demikian, belajar merupakan suatu keharusan untuk manusia agar memperoleh ilmu pengetahuan sebagai proses perubahan tingkah laku yakni berintelektual tinggi serta berakhlakul karimah.

Untuk mencapai suatu tujuan pelajaran para ahli psikologi pendidikan telah merumuskan beberapa teori yang digolongkan menjadi tiga bagian.
a. Teori Psikologi Daya atau formal disipline
Teori ini menekankan pada daya-daya yang dimiliki oleh anak yakni daya mengingat, daya berfikir, daya mencipta, daya perasaan, dan daya kemauan. Untuk mengembangkan daya tersebut maka perlu dilatih. Misalnya, membentuk daya mengingat, maka para siswa perlu diberi latihan fakta-fakta, untuk melatih daya berfikir para siswa diberi hitungan yang berat-berat dan lain-lain. Yang pening dari teori ini menekankan pada faktor pembentukannya bukan pada faktor materi yang digunakan.

b. Teori Psikologi Asosiasi
Teori ini dikenal dengan sebutan S-R bond teory yakni teori ini stimulus response. Setiap stimulus menimbulkan jawaban tertentu misalnya 5 x 4 = 20, 5 x 4 adalah stimulus sedangkan 20 = response. Teori ini kemudian menjadi dasar tumbuhnya teori connectionisme yang mempunyai doktrin pokok “hubungan antara stimulus dan respon”. Asosiasi dibuat antara kesan-kesan penginderaan dan dorongan-dorongan untuk berbuat. Thorndike dengan S-R bond teori itu menyusun hukum-hukum belajar sebagai berikut :
1) Hukum latihan atau prinsip use dan disuse. Apanbila hubungan itu sering dilatih ia akan lebih kuat.
2) Hukum pengaruh, hubungan itu akan diperkuat atau diperlemah tergantung pada kepuasan atau ketidak senangan yang berkenaan pada penggunaannya.
3) Hukum kesediaan atau kesiapan, apabila suatu ikatan untuk berbuat, perbuatan itu memberikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak siap akan menimbulkan ketidak senangan.
Implikasi dari teori itu dalam belajar adalah :
1) Kelakuan belajar, adalah berkat pengaruh atau perbuatan yang dilakukan terhadap individu.
2) Menjelaskan kelakuan dan motivasi secara mekanis.
3) Kurang memperhatikan proses-proses mengenal dan berfikir.
4) Mengutamakan pengalaman-pengalaman masa lampau.
5) Menganggap bahwa situasi keseluruhan terdiri dari bagian-bagian.

c. Belajar menurut psikologi gestalt
Menurut aliran ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang berstruktur, unsur-unsur tersebut berada dalam keseluruhan menurut struktur tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain.
Implikasi teori tersebut terhadap belajar antara lain sebagai berikut:
1) Belajar dimulai dari keseluruhan.
2) Keseluruhan memberi makna pada bagian-bagian.
3) Individuasi bagian-bagian dari keseluruhan.
4) Anak belajar menggunakan pemahaman.
5) Belajar merupakan rangkaian reorganisasi pengalaman.
6) Hasil belajar meliputi semua aspek tingkah laku.
7) Anak yang belajar merupakan keseluruhan bukan belajar pada otaknya saja.[14]

4. Bentuk Media Pendidikan
Sesuai dengan pemikiran di atas media pendidikan tidak terbatas pada alat-alat audio-visual yang dapat dilihat, didengar melainkan anak dapat melakukannya sendiri. Dalam hal ini maka tercakup pula di dalamnya pribadi dan tingkah laku guru.

Secara menyeluruh, bentuk media pendidikan terdiri dari :
a. Bahan-bahan catatan atau membaca (suplementari materialis)
Misalnya buku, komik, koran, majalah, bulletin, folder, periodikal dan pamflet, dan lain-lain.

b. Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ini seperti :
1) Media pendidikan tanpa proyeksi, misalnya papan tulis, papan tempel, papan planel, bagan diagram, grafik, karton, komik, gambar.
2) Media pendidikan pada tiga dimensi, misalnya pada benda asli dan benda tiruan contoh, diorama, boneka, dan lain-lain.
3) Media yang menggunakan teknik atau masinal.
Alat-alat yang tergolong dalam kategori ini meliputi film strip, film, radio, televisi, laboratorium elektro perkakas atau instruktif, ruang kelas otomotif, sistem interkomunikasi dan komputer.

c. Sumber-sumber masyarakat
Berupa obyek-obyek, peninggalan sejarah, dokumentasi bahan-bahan masalah-masalah dan sebagainya.

d. Kumpulan benda-benda
Berupa benda-benda yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari, misalnya potongan kaca, benih, bibit, bahan kimia, darah dan lain-lain.

e. Contoh-contoh kelakuan yang dicontohkan oleh guru
Meliputi semua contoh kelakuan yang dipertunjukkan oleh guru waktu mengajar, misalnya dengan tangan, kaki, gerakan badan, mimik, dan lain-lain.

INTERNET SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN

oleh : Tri Wulandari
1102406048

Dalam waktu yang relatif singkat semenjak internet pertama kali terbuka penggunaannya untuk pemakaian umum pada tahun 1986, jaringan komunikasi ini telah merembah dengan kecepatan luar biasa ke seluruh pelosok dunia tak terkecuali Indonesia.

Zaman sekarang siapa yang tidak tahu internet? Bagi orang awam mereka selalu bertanya-tanya apakah internet itu. Internet adalah kumpulan komputer antara satu wilayah dengan wilayah yang lainnya yang terkait dan saling berkomunikasi, di mana keterkaitan itu di atur oleh protocol. Dengan kata lain internet adalah media komunikasi yang menggunakan sambungan seperti layaknya telepon, yang kemudian tentunya dihubungkan dengan telepon dan modem. Namun, prinsip internet sangat berbeda jauh dengan telepon yang yang komunikasinya harus dengan oral dan simultan, pada internet komunikasi umumnya cukup dengan tertulis tanpa memerlukan waktu yang sama dengan kata lain si pengirim dan si penerima berita tersebut boleh dalam waktu yang berbeda.
Keberadaan internet mengubah wajah komunikasi dunia yang sejak lama didominasi oleh perangkat digital non-komputer, seperti telepon, telegram, fax, menjadi alat komunikasi yang global. Dengan kehadiran internet kita dapat berkomunikasi di berbagai belahan dunia – bahkan planet – tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Bila di rumah Anda belum terpasang internet, Anda tidak perlu berkecil hati. Kini telah banyak wartel, warung telekomunikasi, yang tidak hanya menyediakan jasa fasilitas telepon saja, tapi juga menyediakan jasa internet. Kita bisa menggunakan (baca:sewa) selama kita mau dan mampu. Tentunya cukup membayar biaya sewanya dengan harga sewa tersebut yang cukup terjangkau dengan tarif rata-rata adalah Rp.5.000,-/jam. Lebih jauh tentang warnet, sekarang jasa internet sudah dikemas dengan lebih apik, nyaman, dan menyenangkan. Di Jakarta penulis pernah menjumpainya di daerah Blok M Plaza (lantai IV dan lantai V) yaitu SmashNet dan X-Trac adalah dua tempat gaul internet yang bisa dikunjungi oleh semua orang (kebanyakan pada umumnya remaja). Di CitraLand dan Roxy Mas juga terdapat fasilitas semacam ini, hari Sabtu tempat ini penuh akan antrean remaja yang hobi akan teknologi dan menjelajahi dunia maya – surfing. Masih satu lagi di Mall Taman Anggrek sebuah tempat bernama NetCafe yang mengemas dan meramu pojok internetnya lebih bernuansa café.
Namun, salah satu tantangan yang cukup besar di dunia internet adalah masalah penggunaan bahasa Inggris. Memang sih, bahasa Inggris kita masih “pas-pasan” tetapi hal ini dapat kita jadikan suatu pelajaran, ini merupakan suatu sarana agar kita dapat melatih dan mempraktikan bahasa inggris kita.

Interactive School Magazine
Majalah sekolah merupakan media yang sangat bermanfaat bagi para siswa sebagai sarana untuk belajar mengekspresikan diri, menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulis-menulis, bahkan sebagai media komunikasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Lebih lanjut manfaat lain bagi sekolah yang bersangkutan adalah untuk menjalin hubungan dengan para alumninya yang diharapkan dapat memberikan masukan atau kritikan kepada sistem pendidikan sekolahnya agar lebih baik pada masa-masa mendatang.

Asking Place
Di media Internet ini banyak sekali tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi bahkan dirancang untuk memberikan kepuasan rasa ingin tahu bagi siswa, anak yang melakukan akses. Secara sederhana, dengan menggunakan mesin pencari (search engine) dalam internet apapun yang kita inginkan dapat ditemukan, misalnya melalui yahoo.com; altavista.com; lycos. com; bimasakti.com; google.com dan lain sebagainya.
Salah satu situs yang memberikan informasi menarik bagi para siswa, guru dan orang tua adalah homepage The Global Schoolhouse. Berbagai topik telah disiapkan dalam server tersebut untuk dipilih oleh para siswa orang tua maupun guru yang tertarik lebih jauh lagi. Selain itu, sekali lagi kemampuan berbahasa Inggris merupakan modal utamanya, sebab sebagian besar informasi yang ada di sini menggunakan bahasa Inggris. Bahkan, situs ini juga link (berhubungan) dengan toko buku yang dapat melakukan jual-beli melalui internet tersebut.
Satu lagi situs yang dapat penulis temukan adalah Ask ERIC (askeric.org) yang menyediakan akses internet ke pusat informasi pendidikan atau ERIC (Education Resources Information Center). Ask ERIC mencakup tiga sumber informasi utama. Database ERIC sendiri berisi abstrak lebih dari 950.000 jurnal dan membahas tentang penelitian dan teknik pendidikan. Ask ERIC Virtual Library menyediakan akses ke perencanaan belajar, panduan menonton televisi, dan arsip daftar layanan yang berkaitan dengan pendidikan. Terakhir Ask ERIC Q&A Service berjanji akan menjawab pertanyaan dengan topik pendidikan, dalam dua hari kerja. Artinya pelayanan yang diberikan oleh Ask ERIC adalah mencoba untuk memberikan kecepatan dalam memenuhi kepuasan para pengunjungnya.

Video Teleconference
Sebuah teknologi yang lebih menggembirakan dan menambah semangat kita semua untuk bergabung dengan internet, pada bagian ini penulis akan sedikit membahas tentang aktivitas video conference di internet yang dilakukan oleh murid-murid sekolah di negara-negara maju. Jadi, kalau komputer kita sudah tersambung dengan internet, maka sebenarnya telah 95% perlengkapan yang kita butuhkan untuk melakukan video conference telah siap. Sebagian besar perangkat lunak (software) yang dibutuhkan dapat diperoleh di internet dengan istilah men-download dari berbagai sponsor yang ada. Tinggal membutuhkan satu lagi alat dengan apa yang biasa disebut sebagai camera. Ada cukup banyak jenis kamera digital yang dapat dipergunakan untuk keperluan ini, salah satunya yang paling murah adalah Connetix QuickCam, yang dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau. Dengan kata lain, sebenarnya untuk melakukan videoconference peralatan yang dibutuhkan tidak terlalu mahal.
Para peminat videoconference di sekolah-sekolah saat ini banyak tergabung pada kelompok diskusi e-mail yang berpusat Global School Network (GSN) dengan tempat berdiskusi yang beralamat di cu-seeme-schools@gsn.org. Keberadaan teknologi ini, memungkinkan bagi siswa di seluruh dunia untuk saling berkenalan satu dengan lainnya. Dengan demikian diharapkan kita akan melihat bangsa-bangsa di dunia akan saling mengenal akan alam dan budayanya satu sama lain, serta menjadikan seluruh bangsa di dunia ini akan dapat hidup dalam kedamaian.
Demikian sekilas tentang manfaat Internet bagi anak-anak, sekolah, dan keluarga. Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan semacam motivasi dan menambah semangat bagi kita semua, minimal dalam menggunakan Internet dalam proses pendidikan untuk lingkungan keluarga.

Sabtu, 24 Mei 2008

Pengaplikasian Media Pembelajaran pada Pendidikan Jarak Jauh

Pengaplikasian Media Pembalajaran pada Pendidikan Jarak Jauh
oleh: Ema Rakhmawati
dikutip dari Media Pembelajaran dalam PJJ (Aristo)
Sistem pendidikan jarak jauh dewasa ini berkembang pesat dan menjadi pilihan terjitu kesempatan masyarakat memperoleh pendidikan. Di Indonesia, penyelenggaraan sistem pendidikan jarak jauh telah memiliki landasan legal formal dengan dimasukkannya sistem ini ke dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.
Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi , maka pendidikan jarak mengalami perkembangan. Dengan memanfaatkan teknologi maka daya jangkaunya menjadi semakin luas, dan efektifitasnya dalam menyampaikan materi pembelajaran juga semakin meningkat. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan pendidikan jarak jauh dapat lebih efektif dan mempermudah komunikasi antar peserta didik dengan pengajar.
Dalam penyelenggaraan Sistem Pendidikan Jarak Jauh (SPJJ), penggunaan media tampaknya telah menjadi keharusan karena adanya keterpisahan antara pengajar dengan peserta didik ,maka dari itu diperlukan media sebagai sarana komunikasi yang menjembatani antara pengajar dengan peserta didik.
Jenis-m media pembelajaran yang sering digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauhm (PJJ).
a. Media Cetak
Bahan ajar cetak dapat berwujud dalam berbagai bentuk, seperti: buku materi pokok, buku ketiga, buku panduan belajar, pamflet, brosur, peta, chart. Bentuk cetakan ini tidak hanya berupa tulisan, tetapi dapat juga menampilkan gambar-gambar, foto, grafik, tabel, dll. Dari sekian banyak jenis media cetak tersebut, modul merupakan bahan ajar cetak utama yang digunakan dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh. Modul telah dirancang dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan sekecil mungkin mendapat bantuan dari guru/tutor.
Keunggulan Media Cetak untuk PJJ
Media cetak memiliki keunggulan sebagai berikut:
* mampu menyampaikan berbagai informasi yang berkaitan dengan fakta maupun konsep abstrak yang bersifat pengetahuan, ketrampilan ataupun sikap.
* Dapat digunakan kapan saja (pagi hari, siang hari, malam hari) dan dimana saja (seperti di rumah, di kendaraan umum, terminal atau tempat lain yang memungkinkan).
* Penggunaannya mudah, tidak bergantung kepada peralatan lain. Kemasan media cetak umumnya ringan dan kecil memungkinkan peserta didik dengan mudah membawanya ke mana saja mereka pergi.
* Selain bentuk fisiknya mudah dibawa, penataan atau teknik penyajian materinya pun mudah dipelajari. Misalnya, teknik penyajian sepeti penulisan indek, daftar isi, penggunaan halaman, bab-bab, judul maupun subjudul.

Pemanfaatan Media Cetak dalam Pendidikan Jarak Jauh
Media cetak, khususnya modul merupakan media utama yang digunakan dalam pendidikan jarak jauh. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan media cetak untuk pendidikan jarak jauh antara lain adalah sebagai beirkut:
* pastikan bahwa semua modul dan atau media cetak lain seperti foster, lembar kerja dan lain-lain yang dibutuhkan untuk semua mata ajar telah dirancang dan diproduksi sesuai dengan prinsip pengembangan bahan belajar mandiri.
* Pastikan bahwa modul-modul yang dibutuhkan tersebut didistribusikan dengan baik kepada seluruh tutor dan peserta didik sesuai dengan mata ajar yang diambilnya.pastikan
* pastikan para tutor telah memahami semua modul sesuai dengan mata ajar yang dibinanya untuk memudahkan memberikan bantuan konsultasi kepada peserta didiknya.
* Beri kesempatan kepada peserta didik untuk mengukur keberhasilan belajarnya (ujian) secara fleksibel sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing.
* Pastikan peserta didik memperoleh umpan balik sesegera mungkin.

b. Media Massa/Siar/Tayang
Pemanfaatan media massa dalam SPJJ seperti siaran radio dan siaran televisi merupakan sebuah alternatif penyampaian bahan ajar yang cukup efektif larena bersifat terbuka dan berdaya jangkau luas. Penggunaan media massa sebagai alat pendidikan tidak saja menguntungkan peserta didik yang terdaftar dalam institusi pendidikan jarak jauh, tetapi masyarakat umum yang tertarik untuk memperluas wawasan pengetahuannya dapat pula mengikuti program yang ditayangkan atau disiarkan. Namun perlu diperhatikan, penggunaan media ini harus ada pengawasan yang lebih selektif mengingat sekarang banyak sekali tayangan yang kurang bermanfaat.
1). Siaran Radio
Hampir semua orang telah mengenal radio sebagai sebuah alat yang mampu menyampaikan berbagai informasi , melantunkan musik dan lagu, tetapi tidak semua orang mengetahui bahwa program radio disiarkan melalui gelombang elektromagnetik. Gelombang-gelombang ini diumpamankan sebagai jalan raya (highways) yang tidak terlihat serta mepunyai kelebaran yang bervariasi. Jalan raya ini diindentifikasikan sebagai frekuensi AM maupun FM yang mengacu siaran peraturan dan persetujuan internasional. Daya pancar siaran radio sangat bergantung kepada kekuatan transmitter serta frekuensi yang digunakan. Dengan kekuatan tertentu, transmitter mampu memacarkan siaran pada lokasi tertentu. Sementara untuk dapat menebus daerah lain yang berada di uar daerah pancarnya, diperlukan stasiun relay. Sistem Relay mampu menghubungkan satu transmitter dengan stasiun lainnya sehingga mempeluas daerah jangkauan daerah siaran.
Walaupun mampu memperluas jangkauaan daerah siaran, penggunaan sistem relay ini tidak dapat menjangkau daerah daerah tertentu yang dikenal dengan istilah blank spot area. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, keterbatasan ini dapat diatasi dengan penyiaran radio melalui satelit siaran langsung (Radio-SSL). Secara teknis, siaran radio melalui SSL akan diterima dengan baik karena tidak mengalami pengurangan mutu seperti yang pada umumnya dialami bila menggunakan stasiun relay. Satu satunya kendala dari penggunaan siaran radio-SSL ini terletak pada pengadaan alat penerima khusus yang harganya tidak murah. Selain karakteristik teknik seperti yang telah dijelaskan, media radio juga memiliki karakteristik lain, baik dari segi keunggulan maupun keterbatasannya.
Keunggulan:


- Dibandingkan dengan media komunikasi massa lain misalnya televisi, biaya penyelenggaraan media radio jauh lebih murah dengan kemampuan jangkauan daerah yang sama luasnya.
- Keunggulan lain dari media dengar ini adalah kemampuannya untuk menstimulasi imajinasi pendengae dan cukup fleksibel dalam menyajikan informasi dalam berbagai bentuk sajian seperti dramatisasi, diskusi, ceramah atau dialog. Kemampuan ini tentunya sangat berperan dalam penyelenggaraan SPJJ.
Keterbatasan :
- Keterbatasan utama media radio terletak pada karakteristik media ini yang dikenal sebagai media sekali dengar, artinya bila pendengar tidak mendengar atau tidak mengerti informasi yang disajikan, maka informasi tersebut tidak dapat didengar lang kecuali melalui siaran ulangan.
- Keterbatasan lain dalam pemanfaatan media radio pada SPJJ adalah masalah jadwal siaran atau rekaman program bagi para pengajar. Umumnya para pengajar sulit mengikuti jadwal ketat yang diberikan oleh stasiun siaran atau studio rekaman.
- Interaktivitas yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan tutorial pada SPJJ juga merupakan keterbatasan dari media radio. Tingkat interaktivitas media radio sangat rendah karena pada dasarnya media radio merupakan media komunikasi satu arah. Perkembangan teknologi telah memungkinkan adanya interaksi dalam tingkat tertentu dengan menggunakan telepon. Hal ini memberikan warna baru dalam penyelenggaraan siaran langsung yang bersifat interaktif dapat dilakukan, beberapa penyelanggara SPJJ mengalami kendala, seperti mahalnya biaya penggunaan telpon dan sulitnya mengatur siaran langsung.

Bentuk Penyajian Program Radio
Program program yang disajikan melalui radio dalam SPJJ harus dikembangkan semenarik mungkin. Hal ini mengingat bahwa radio pada dasarnya adalah media satu arah dan sekali dengar. Dengan karakteristik tersebut, bentuk penyajian program radio sangat berperan untuk dapat memikat peserta didik mendengarkan materi maupun informasi yang disampaikan. Perancang program radio untuk SPJJ perlu memperhatikan bentuk sajian yang dapat digunakan sesuai dengan materi yang akan disampaikan serta memberikan variasi penampilan. Bentuk-bentuk penyajian yang dapat dipilih antara lain:
- Ceramah atau kuliah
Bentuk ceramah atau kuliah ini baisanya disajikan oleh satu orang dosen/pengajar atau pembocara yang ahli dalam materi tertentu. Umumnya, bentuk penyajian ini membosankan , karena peserta didik hanya mendengarkan satu jenis suara selama 15 – 20 menit. Penyajian ini akan terasa lebih melelahkan apabila penyajinya kurang mampu "berbicara" secara menarik. Sebaiknya, bila penyaji mampu seolah-olah berbicara langsung dengan peserta didik, suaranya menyakinkan , tempo dan intonansinya tepat, bentuk ceramah masih dapat memikat peserta didik. Berdasarkan pada pengalaman serta pengamatan dalam proses produksi parogram radio dengan bentuk penyajian tunggal ini, tidak banyak orang atau pengajar/dosen yang mapu berbiocara seorang diri di depan mikropon.
- Dialog
Bentuk penyajian lain yang dapat digunakan dalam mengemas materi ajar dalam SPJJ adalah dialog. Bentuk penyajian ini menghadirkan lebih dari satu orang untuk membahas sebuah materi. Para pembicara umumnya mempunyai kedudukan yang sama.
- Wawancara
Bentuk penyajian ini dapat menghadirkan satu, dua atau tiga pembiocara dengan seorang pewancara. Dengan dua atau tiga pembicara, pada umumnya bentuk penyajian ini mengangkat satu topik pembicaraan yang dilihat dari sudut pandang yang berbeda dari tiap-tiap pembicara. Tetapi, bila bentuk wawancara ini hanya menghadirkan satu pembicara, umumnya topik pembicaraan hanya dilihat dari pengetahuan, pengalaman atau sudut pandang sang pembicara.
- Drama
Sebuah alternatif lain untuk menyampaikan materi ajar kepada peserta didik melalui program radio adalah melalui drama. Penyyajian dalam bentuk ini relatif lebih sulit, karena membutuhkan persiapan yang lebih matang, mulai dari naskah sampai pada produksinya. Selain itu, tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dalam bentuk drama. Materi-materi yang berkaitan dengan sikap, perasaan, ilmu sosial, kemungkinan dapat diangkat dan dikemas dalam bentuk ini.
- Feature
Bentuk penyajian yang lebih atraktif adalah feature yang merupakan bentuk sajian yang di dalamnya terdapat berbagai sajian. Dalam program feature, di dalamnya terdapat dialog, wawancara, dan drama yang mengacu pada topik bahasan tertentu.
- Majalah
Seperti layaknya sebuah majalah, bentuk penyajian majalah udara menampilkan berbagai informasi dalam berbagai bentuk sajian. Dalam SPJJ, bentuk majalah udara ini sangat cocok untuk mengemas berbagai informasi yang perlu disampaikan kepada peserta didik melalui radio, misalnya informasi mengenal ujian, pembelian bahan ajar, wisuda, regristrasi, atau informasi lain yang perlu diketahui oleh peserta didik.

Dari sekian banyak bentuk peyajian yang dapat digunakan dalam SPJJ, belum ada penelitian yang mengkaji efektivitas dari masing masing bentuk penyajian. Walaupun demikian bentuk penyajian tersebut dapat dijadikan alternatif penyajian bagi para perancang bahan ajar dalam institusi penyelenggara SPJJ.

Pemanfaatan Media Radio pada SPJJ

Dalam hampir semua proses pendidikan, jenis suara yang paling banyak digunakan adlah suara manusia. Suara manusia mampu memberikan intonasi, tempo, volume, dan penekanan yang kesemuanya sangat berarti dalam proses pembelajaran. Keunggulan yang dimiliki oleh suara manusia ini mampu ditransfer melalui media radio yang dikenal sebagai media yang murah dan mudah diakses. Perpaduan keunggulan tersebut cukup untuk menjadi alasan pemanfaatan media radio dalam sebuah institusi penyelengaraan SPJJ.
Di negara-negar maju misalnya, hampir semua orang memiliki radio. Sementara di negara-negara berkembang radio dikatagorikan sebagai barang yang cukup terjangkau harganya dan mudah didapat. Hal ini menunjukkan bahwa radio merupakan sebuah media yang memiliki aksesibilitas tinggi. Aksesibilitas yang tinggi terhadap media radio ini haruslah dicermati sebagai peluang bagi setiap penyelenggara SPJJ untuk diberdayakan sebagai alat mentransfer ilmu dan informasi kepada peserta didik. Setiap peluang akan menjadi bermakna dan berhasil guna bila dapat dimanfaatkan dengan baik.
Pertimbangan lain yang mengunggulkan media radio dalam proses pengajaran dan pembelajaran antara lain adalah kemampuan media ini mengaitkan materi ajar pada mata kuliah tertentu dengan kejadian yang baru terjadi. Hal ini sangat penting dalampengajaran bagi peserta didik dewasa. Selain itu, media radio mampu menyajikan perubahan yang cepat dari ilmu pengetahuan yang tidak mampu diakomodasi dalam bahan ajar cetak yang sudah tersusun.
Walaupun media radio mempunyai beberapa keunggulan dalam proses pembelajaran dan pengajaran, namun kelemahan media ini perlu pula dicermati. Walaupun program radio sangat memotivasi tetapi trnyata peserta didik mengalami kesulitan belajar melalui radio. Pada umumnya peserta didik mengalami kesulitan berkonsentrasi mendengarkan program yang berdurasi 20 menit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesanggupan media radio sebagai media pembelajaran dan pengajaran pada SPJJ antara lain berkaitan dengan jenis materi belajar yang disampaikan, materi yang bersifat konkret lebih mudah diterima. Selain itu, faktor penggunaan bahasa yang sederhana dan kosakata yang sudah dikenal, pemberian contoh-contoh baik melalui dramatisasi maupun kasuis-kasus juga sangat berpengaruh kepada keberhasilan penggunaan media radio. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah durasi program. Durasi sebaiknya tidak lebih dari 15 menit atau bahkan 10 menit.
Selain fungsi sebagai media pengajaran dan pembelajaran dalam SPJJ, media radio juga sangat populer digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi-informasi mengenai ujian, registrasi, dan publikasi bagi institusi untuk menarik perhatian peserta baru. Dalam SPJJ, media komunikasi yang murah dan cepat, seperti radio mempunyai kontribusi yang berarti untuk menjadi jembatan antara pengelola dan peserta didik.
Permasalahan lain yang kerap timbul dalam pemanfaatan media radio dalam SPJJ adalah bagaimana peserta didik dapat mendengarkan program-program yang disiarkan pada waktu yang sudah dijadwalkan. Hal ini memang merupakan persoalan yang cukup pelik dalam sebuah institusi SPJJ karena kendali terhadap waktu belajar peserta didik terletak sepenuhnya di tangan peserta didik sendiri. Tetapi, dalam hal pemanfaatan media radio peserta didik tidak mempunyai kendali terhadap stasiun siaran, merekalah yang harus menyesuaikan diri dengan jadwal yang diberikan. Dalam SPJJ, kondisi ini ternyata menjadi masalah bagi sebagian peserta. Pemberian jadwal siaran secara teratur kepada peserta didik tidaklah cukup. Penyiaran program yang sama sebanyak dua atau tiga kali pada waktu yang berbeda akan memberikan kesempatan yang lebihh besar bagi peserta didik untuk menyesuaikan jadwal kegiatan mereka dengan jadwal siaran yang ditawarkan oleh institusi penyelenggara SPJJ.
Pertimbangan lain yang perlu dipikirkan dalam pemanfaatan media radio oleh institusi penyelenggaraan SPJJ adalah akses untuk memproduksi dan mendistribusikan materi ajar yang dikemas dalam program radio. Walaupun peserta didik mempunyai kases tinggi untuk memanfaatkan siaran radio, tetapi apabila institusi penyelenggara SPJJ tidak mempunyai akses terhadap pelaksanaan produksi dan penyiaran program, maka akses yang dimiliki peserta didik pun akan sia-sia. Institusi penyelenggara SPJJ mungkin memiliki peralatan produksi program, bahkan stasiun pemancar sendiri. Jika hal ini terjadi, berarti institusi mempunyai akses internal penuh untuk memanfaatkan media radio. Sebaliknya, bila institusi tersebut tidak memiliki peralatan produksi maupun stasiun penyiaran sendiri, maka institusi tersebut harus mempunyai akses eksternal, yaitu akses terhadap lembaga lain yang mampu memproduksi maupun memancarkan program radio.


2) Siaran Televisi
Televisi dikenal sebagai media yang sangat kaya yang mapu menyajikan beragam informasi dalam bentuk suara dan gambar secara bersamaan. Keunggulan media televisi yang ditemukan pada tahun 1926 ini dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan, baik pendidikan yang bersifat konvensional maupun pendidikan jarak jauh. Dengan perkembangan teknologi yang luar biasa, sistem pemancaran dan penerimaan tayangan televisi dapat dilakukan dengan berbagai macam sistem, antara lain : broadcast transmission, closed-circuit television (CCTV), Tv-Cable, satellite transmission. Walaupun sistem pemancaran dan penerimaan siaran televisi tidak berpengaruh kepada informasi atau program yang disiarkan, masing-masing sistem memiliki cara kerja yang berlainan. Untuk memberi gambaran umum, secara selintas sistem penayangan dari masing-masing akan disinggung sedikit.
Sistem Penayangan Siaran Televisi
Siaran televisi yang dapat diterima di rumah-rumah atau di tempat lain hanya dengan menggunakan pesawat televisi standar adalah jenis penayangan siaran dengan menggunakan sistem broadcast transmission. Penayangan televisi melalui sistem broadcast transmission ini menggunakan Very-High Frequencies (VHF) dan Ultra High Frequencies (UHF). Kedua sinyal tersebut dipancarkan melalui transmitter yang selanjutnya sinyal tersebut dapat diterima secara bebas oleh pesawat televisi dan antena penerima standar. Jangkauan penerimaan siaran ini bergantung pada kekuatan daya pancar transmitternya serta keberadaan stasiun relay.
Teknologi lain yang digunakan dalam penayangan siaran televisi adalah melalui sistem closed-circuit television (CCTV). Sistem ini merupakan sistem pemancaran yang bersifat privat dan terbatas pada lokasi tertentu yang masuk dalam jaringan siaran. Sinyal televisi yang dipancarkan tidak dapat diterima oleh pesawat televisi yang berada di luar sistem jaringan. Penggunaan sistem CCTV ini biasanya digunakan oleh sekolah-sekolah atau kampus-kampus dan umumnya jangkauannya tidak luas.
Lain halnya dengan TV-kabel, sistem penayangan dan penerimaan siaran televisi melalui TV-kabel ini menggunakan sambungan kabel khusus. Mereka yang menginginkan menerima siaran khusus dan tidak dapat diterima oleh siaran televisi terbuka dapat berlangganan TV-kabel ini.
Salah satu sistem penyiaran TV adalah melalui penggunaan satellite transmission dikenal dengan sebutan Direct Broadcast Satellite (DBS). DBS dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan Satelit Siaran Langsung (SSL) merupakan sistem penerimaan siaran televisi langsung dari satelit kepada pemilik pesawat televisiyang telah dilengkapi dengan antena disc khusus. Dengan daya pancar 100 sampai 400 watt, SSL ini dapat diterima langsung oleh pesawat televisi penerima siaran dengan menggunakan sejumlah perangkat keras yang terdeiri dari antena disk yang berdiameter 0,6 hingga 1 meter, decoder, dan remote control. Dengan semakin majunya teknologi, antena disk penerima berdiametr tidak lebih dari 18 inci. Secara singkat, mekanisme ketiga unsur utama sistem SSL dapat dijelaskan sebagai berikut : stasiun pemancar bumi menerima sinyal dari stasiun penyiaran yang kemudian melalui saluran tertentu dengan frekuensi up link diteruskan ke satelit dan selanjutnya dipancarkan kembali ke bumi melalui saluran dengan frekuensi down link yang sinyalnya kemudian dapat diterima langsung oleh pesawat televisi penerima.

Karakteristik Media Televisi
Pemanfaatan media televisi sebagai alat penyampai materi pendidikan telah cukup dikenal, namun sejauh mana media televisi ini dapat berperan dalam pendidikan jarak jauh merupakan fokus yang menarik untuk ditelaah. Secara umum, medium televisi ini dapat dilihat sebagai media yang sarat dengan informasi audio dan visual yang secara simultan disajikan. Dari sisi pembelajaran, medium televisi pendidikan dikenal sebagai medium yang memilik kekuatan audio visual yang mampu memberika pemahaman mengenal konsep-konsep abstrak.
Keunggulan:
- Menjangkau sasaran disik dalam jumlah yang besar sekaligus secara bersamaan
- Menyajikan berbagai informasi dalam bentuk audio, visual dan gerak sekaligus. Variasi visual yang mampu disajikan melalui media televisi ini memberikan peluang untuk menyajikan program yang menarik dan imajinatif, yang tentunya akan menstimulasikan dan memotivasi peserta didik dalam segala usia dan tingkat pendidikan.
- Mampu menyajikan pengalaman dan mendokumentasikan kejadian nyata.
- Menjembatani peserta didik dengan institusi SPJJ-nya. Kehadiran program televisi yang menampilkan pengajar-pengajarnya melalui layar kaca akan mengurangi rasa kesendirianyang umumnya dirasakan oleh peserta didik dalam SPJJ.


Keterbatasan:
- Biaya pengadaan peralatan dan pembuatan program televisi relatif mahal.
- Pembuatan program relatif tidak mudah dan lama.
- Media televisi bersifat konstan, artinya tidak dapat dihentikan atau diputar ulang apabila peserta didik tidak memahami materi yang ditayangkan.
- Waktu penayangan terbatas sehingga apabila peserta didik tidak mengikuti siaran pada saat ditayangkan, maka mereka kehilangan kesempatan untuk mengikuti program. Untuk itu, diperlukan informasi jadwal jauh sebelum waktu penayangan sehingga peserta didik siap mengikuti siaran.
- Keterbatasan lain dari media televisi adalah masalah interaktivitas yag sangat dibutuhkan dalam kegiatan tutorial pada SPJJ. Tingkat interaktivitas media televisi sangat rendah karena media ini merupakan media komunikasi satu arah. Dalam tingkat tertentu, interaksi dapat dilakukan dengan menggunakan telpon, namun penyelenggaraan siaran langsung dalam SPJJ mengalami banyak kendala.

Bentuk Penyajian Program Televisi

Televisi merupakan media yang memiliki kemampuan menyampaikan informasi dalam bentuk suara, gambar, dan gerak sekaligus, serta dapatdisajikan dalam berbagai bentukpenyajian. Pada dasarnya, bentuk penyajian program televisi sama dengan bentuk penyajian dalam program radio yang telah dijelaskan sebelumnya. Bentuk penyajian tersebut adalah:
· Ceramah, dikenal dengan istilah talking head.
· Dialog
· Wawancara
· Drama
· Feature
· Majalah


Penjelasan rinci mengenai bentuk penyairan ini dapat dilihat pada penjelasan tentang radio, yang membedakan bentuk penyajian tersebut bila diterapkan dalam media televisi adalah penambahan unsur visual dan gerak. Dengan adanya tembahan unsu visual dan gerak, menjadikan media televisi menarik sekaligus lebih sulit pembuatannya. Para pembicara, penyiar ataupun pemain dan pelaku lainnya tidak hanya dinilai dari suaranya, tetapi juga penampilan mereka.


Pemanfaatan Media Televisi dalam SPJJ
Pemanfaatan media televisi dengan frekuensi siaran yang cukup tinggi dari berbagai institusi penyelengara SPJJ memperlihatkan bahwa media televisi meupakan media yang memiliki kemampuan yang baik sebagai penghantar matei pembelajaran sekaligus sebagai media promosi bagi institusi yang bersangkutan.
Kenyataan lain yang dihadapi oleh sebagian institusi penyelenggaran SPJJ dalam menayangkan program televisi adalah sulitnya memperoleh jam tayang serta jumlah jam tayang yang memadai. Hal seperti ini cukup logis mengingat institusi penyelenggara SPJJ tidak memiliki stasiun pemancar sendiri. Pada umumnya institusi penyelenggara SPJJ mengandalkan stasiun pemancar milik swasta atau pemerintah yang telah beroperasi di wilayah masing-masing. Kondisi seperti ini mengharuskan setiap institusi penyelenggara SPJJ untuk selalu menjaga adanya akses terhadap fasilitas produksi serta stasiun pemancar yang berkesinambungan.

c. Media Pribadi/Personal
Keberadaan media pribadi atau media personal dalam SPJJ adalah kebalikan dari media massa. Media massa adalah media yang bersifat terbuka, artinya baik peserta didik yang terdaftar maupun tidak terdaftar dapat menggunakn dan mempelajari materi-materi ajar yang disampaikan melalui media tersebut. Sebaliknya, media pribadi atau personal adalah media yang digunakan secara personal atau perorangan, dan biasanya digunakan oleh mereka yang telah terdaftar pada suatu institusi SPJJ. Media-media yang masuk dalam katagori ini antaara lain: personal-computer (PC), audio-cassette player, VCR; yang kesemuanya memberikan fleksibilitas bagi peserta didik dalam penggunaannya. Peserta didik bebas untuk menggunakannya kapan saja, dimana saja , disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. Tentu saja dengan syarat masing-masing peserta didik memiliki akses terhadap penggunaan media tersebut. Kita akan melihat satu persatu jenis media yang termasuk dalam kategori media personal ini lebih mendalam.


1) Audio Kaset

Karakteristik Media Audio Kaset
Walaupun dikenal sebagai media sederhana, keberadaan media audio kaset sebagi media personal dinilai cukup efektif dan banyak disukai. Fleksibilitas media audio kaset dalam penggunaanya merupakan daya tarik tersendiri. Media ini dapat diputar ualng, dipercepat, dihidupkan atau dimatikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sejumlah karakteristik lain dari media kaset yang menunjukan keunggulan dan keterbatasan media ini akan dipaparkan satu persatu.

Keunggulan:
- Di antara media-media yang digunakan dalam pendidikan jarak jauh, media audio kaset tergolong sebagi media yang murah.
- Pengembangan program relatif mudah.
- Dapat digunakan kapan saja tanpa terikat pada jadwal terentu seperti halnya radio.
- Peserta didik dapat menggunakannya sesuai dengan kecepatan dan kemampuan belajar mereka masing-masing. Durasi/lamanya program lebih flekibel karena tidak tidak terikat pada acuan durasi tertentu, tidak seperti program radio yang terikat pada durasi penyiaran tertentu. Durasi program audio kaset dapat pendek atau panjang sesuai dengan materi yang disampaikan.
- Penyajian media audio kaset ini dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu: hanya mendengar; mendengar dan melihat; mendengar, melihat, dan melakukan.
- Menyediakan berbagai sumber belajar yang hanya dapat dimengerti melalui suara, kemudian menganalisis apa yang mereka dengar.
- Membantu peserta didik melatih suatu ketrampilan. Penjelasan dalam bentuk suara yang terekam dalam kaset audio akan lebih mudah memandu peserta didik dalam melakukan suatu kegiatan yang memerlukan ketrampilan tertentu.
- Membuat penyajian bahan ajar lebih manusioawi dan bersifat personal, sehingga dapat memotivasi dan menguatkan peserta didik. Kehadiran suara manusia apakah itu tutor atau pengajar yang seolah-olah berbicara langsung kepada peserta didik memberikan perasaan lebih dekat dan tidak sendiri. Peran ini sangat penting untuk dihadirkan dalam proses pengajaran dan pembelajaran dalam SPJJ mengingat kehadiran secara fisik dari ada pengajar sangat minimal atau bahkan tidak ada.
- Menyajikan materi ajar yang tidak mudah dituangkan dalam bentuk bahan cetak. Dalam kegiatan pengajaran dan pembelajaran terdapat kemungkinan ditemukan materi-materi yang sulit untuk dituangkan melalui media cetak. Keberadaan media audio kaset dapat menjembatani situasi yang demikian.
- Mempengaruhi perasaan dan sikap peserta didik.
- Mampu menampilkan para ahli yang tidak mempunyai waktu menuangkan pengetahuan/keahlian mereka ke dalam bentuk cetak.
- Memberi kesempatan peserta didik untuk mendengar suara dari para ahli, pengajar atau siapa pun yang memperkuat materi ajar yang mereka pelajari.
- Memberi kesempatan pada peserta didik yang tidak dapat membaca dan karena alasan lain yang membuat mereka tidak dapat membaca.

Keterbatasan:
- Memerlukan alat putar/player. Mengingat salah satu alasan yang mendasari penggunaan SPJJ adalah pemerataan pendidikan pada daerah-daerah pelosok, maka ada kemungkinan peserta didik tidak memilik alat putar/audio-cassette player.
- Memerlukan listrik.
Dengan sejumlah keunggulan yang dimiliki media audio kaset tidak diragukan bahwa media ini merupakan media yang "menjanjikan" dalam SPJJ. Murah, mudah, fleksible merupakan kunci keberhasilan suatu media dalam SPJJ,

Bentuk Penyajian Program Audio Kaset
Penggunaan audio kaset dalam SPJJ ada dua macam. Pertama adalah merekam program-program yang telah disiarkan, car ini dinilai cukup baik untuk mengatasi penggunaan media radio yang kerap kali tidak dapat didengarkan oleh peserta didik. Cara Kedua adalah merancang khusus program-program untuk audio-kaset. Perbedaan dasar media audio-kaset dengan media radio adalah dalam hal penggunaan serta format penyajian. Dari sisi penggunaannya, kendali terletak pada peserta didik. Mereka leluasa untuk menghidupkan, mematikan, mengulang, atau mempercepat program yang mereka dengarkan sesuai dengan keinginan mereka. Hal seperti ini tidak terjadi pada siaran radio, yang peserta didiknya tidak memiliki kendali. Keunggulan lain seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah kemampuan media audio kaset ini untuk tampil dalam berbagai cara atau forma penyajian. Format penyajian audio kaset secara garis besar dapat dibedakan dalam tiga bentuk penyajian yaitu:
· Hanya mendengar
· Mendengar dan melihat
· Mendengar, melihat, dan melakukan

Hanya Mendengar
Format penyajian ini dapat menyajikan segala jenis suara yang dapat didengar (aural) dan suara manusia. Suara yang dapat didengar (aural) adalah segala jenis suara yang dapat direkam dan disampaikan melalui kaset audio. Suara yang dapat didengar (aural) dibedakan dalam beberapa jenis sumber, yaitu:
- Peragaan melafalkan kata-kata teknikal yang baru dipelajari
- Dialog Bahasa Asing
- Diskusi atau interviu dengan praktisi
- Dramatisasi

Suara-suara yang dapat direkam dalam audio kaset ini berkaitan erat dengan materi yang dibahas pada materi dari mata pelajaran atau mata kuliah. Hal ini ditujukan untuk membantu peserta didik dalam mempelajari bahan ajarnya.
Jenis suara yang dapat direkam dalam audio kasetadalah suara manusia dalam hal ini pengajar atau tutor dari mata pelajaran atauy mata kuliah yang bersangkutan. Penyajian pengajar atau tutor dapat berbentuk ceramah, pembicaraan antara dua, tiga orang atau bimbingan belajar. Bentuk penyajian ceramah biasanya membosankan, sebab pengajar cenderung berbicara secara formal sehingga tidak menarik. Namun, tentunya bentuk penyajian ini akan menjadi menarik apabila dibawakan oleh pengajar yang mampu berbicara di depan mikropon dengan cara yang memikat, tempo suara yang cukup, intonasi yang menguatkan, meyakinkan, mapu membuat peserta didik merasakan bahwa sang pengajar "berbicara langsung" dengan mereka, mampu memberikan reinforcement yang kuat. Namun, apabila sulit mendaptkan pengajar dengan kualifikasi tersebut, maka bentuk pemberian bahan ajar melalui audio kaset ini dapat dilakukan dengan cara menampilkan dua orang pengajar yang akan berbicara secara bergantian dalam bentuk dialog atau wawancara. Bentuk penyajian ini akan membantu menghidupkan suasana sehingga pembicaraan mengalir dengan luwes dan menarik peserta didik yang mendengarkan. Bentuk penyajian lain seperti drama, feature atau majalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat pula digunakan pada program audio kaset apabila sesuai dengan karakteristik materi yang akan disampaikan.
Penyajian materi oleh pengajar atau tutor dalam audio kaset tidak terbatas hanya pada materi bahan ajar, tetapi juga dapat menyajikan materi lain yang bermanfaat bagi peserta didik, misalnya bantuan belajar, bimbingan belajar. Bentuk sajian seperti ini juga sangat membantu peserta didik dalam SPJJ untuk menghilangkan rasa kesendirian.

Mendengar dan Melihat
Bentuk penyajian audio kaseeet lain yang dapat dikembangkan adalah bentuk penyajian yang peserta didiknya tidak hanya mendengar suara tetapi juga melihat. Bentuk sajian ini dikenal dengan istilah audio-vission. Media audio kaset memang merupakan media yang sangat bergantung dengan suara, tetapi bentuk penyajian audio vission mampu menstimulasi peserta didik untuk tidak hanya mendengar tetapi juga melihat secara bersamaan. Apa yang didengar dan dilihat berkaitan satu dengan yang lain dan saling menguatkan atau lebih dikenal dengan sebutan terintegrasi. Visual atau sesuatu yang dilihat dalam paket ini dapat berbentuk bahan cetakan, misalnya gambar, grafis, peta, foto, chart, diagram, tabel, yang tentunya sesuai dan berkaitan dengan apa yang disuarakan. Selain itu, dapat pula berbentuk bahan visual non-cetak, seperti slide atau bahkan benda nyata yang perlu dipelajari, misalnya potongan batu-batuan. Penyajian seperti ini akan sangat membantu dan memperkuat informasi yang diberikan, karena selain mendapat informasi melalui pendengaran, peserta didik dapat pula menggunakan penglihatan. Bentuk penyajian audio-vission ini tentu memerlukan persiapan dan rancangan yang lebih matang dibandingkan dengan bentuk audio kaset yang hanya mendengar.

Mendengar, Melihat, dan Melakukan
Bentuk penyajian audio kaset yang mengkombinasikan kemampuan mendengar, melihat, dan melakukan sesuatu disebut dengan istilah active audiovission. Bentuk penyajian ini merupakan modifikasi dari audiovission yang menambahkan faktor aktif dari peserta didik untuk melakukan sesuatu. Media audio kaset yang dikenal sebagai media satu arah yang tidak mempunyai kemampuan interaksi ternyata dapat memberikan proses interaksi walaupun dalam tingkat tertentu dalam bentuk penyajian active audiovission. Melalui bentuk penyajian ini peserta didik dapatdiminta untuk melakukan suatu kegiatan yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari, misalnya: menghitung sesuaatu, menyelesaikan suatu pekerjaan, mengoperasikan peralatan tertentu, bahkan melakukan eksperimen. Pengembangan program active audiovission ini memerlukan persiapan yang jauh lebih komplek dari bentuk penyajian audio kaset lainnya, tetapi memilik kemampuan pengajaran yang sangat baik bagi peserta didik dlam SPJJ.

Pemanfaatan Media Audio Kaset dalam SPJJ
Pada kondisi dewasa ini, secara teori pemanfaatan audio kaset dalam SPJJ tidak menjadi masalah mengingat peralatan putar atau audio cassette player bukan merupakan barang langka. Walaupun demikian, penggunaan media audio kaset dalam institusi penyelenggara SPJJ sangat beragam. Pada institusi tertentu pemanfaatan media audio kaset cukup tinggi tetapi pada institusi lain belum tentu demikian. Pada umumnya setiap institusi penyelenggara SPJJ memanfaatkannya, sekalipun dalam presentasi yang kecil.

2) Video / VCD
Istilah video bukan merupakan hal yang baru, baik dalam dunia hiburan maupun pendidikan. Video yang dalam bahasa latinnya berarti I See, memiuliki pengertian sebagai penyajian gambar-gambar yang disampaikan melauli televisi atau bentuk media sejenis. Pada awal perkembangannya gambar-gambar yang direkam dalam bentuk video ini dikemas dalam kaset. Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi dalam bidang media yang sangat cepat, telah memunculkan versi perekan video lain yang digunakan untuk mengemas program video, antara lain videodiscs. Kedua versi video tersebut baik dalam bentuk kaset maupun disc dimanfaatkan dlam SPJJ sebagai media untuk menyampaikan bahan ajar yang dapat dikategorikan sebagai media personal yang artinya dimanfaatkan secara individual oleh peserta didik. Walaupun tidak menutup kemungkinan pemanfaatan video ini dilakukan dalam bentuk kelompok belajar.
Karakteristik Media Kaset Video/Video Disc
Kehadiran video dan alat pemutar kaset video atau video disc memberikan warna dan dimensi baru dalam pemanfaatan program televisi pendidikan. Hal ini tentunya mempunyai dampak secara langsung pada pemanfaatan teknologi dalam SPJJ. Munculnya teknologi ini membantu institusipenyelenggara SPJJ untuk tidak bergantung secara penuh kepada media televisi. Kemampuan video kaset/disc dan televisi dalam menyajikan bahan ajar, pada umumnya sama. Perbedaan yang jelas di antara keduanya adalah penggunaanvido kaset/disc bersifat personal dan tidak perlu terjadwal, sementara media TV merupakan media massa dan pengunaannya terjadwal.
Kaset Video vs Video Disc
Pada dasarnya, video discs atau dikenal dengan sebutan VCD ini memiliki fungsi yang sama dengan media audio klaset, yaitu sebagai penyampaian materi ajar. Perbedaan mendasar di antara keduanya terletak pada format fisiknya:
· Kaset video terbuat dari pita kaset, sementara video disc terbuat dari bahan perak yang berkilat.
· Bila ditinjau dari ukuran dan kualitasnya, maka video kaset memiliki ragam yang cukup banyak, yaitu : U-matic memiliki kelebaran pita ¾ inci dengan kualitas broadcast; VHS memiliki kelebaran pita ½ inci dengan kualitas non-broadcast, Hi-8 memiliki kelebaran pita ¼ inci dengan kualitas rendah. Sementar ukuran dari video disc berdiameter 12 inci.
· Perbandingan kualitas antara kaset video dengan video disc cukup signifikan; videodisc memiliki resolusi sejumlah 350 garis, sementara kaset video hanya 240 garis. Dengan resolusi sebesar 350 garis, maka videodisc dikategorikan memiliki kualitas High Definition television (HDTV), yang artinya memiliki gambar-gambar yang disajikan kualitasnya lebih baik dan setaraf dengan kualitas gambar pada film 16 mm. Keunggulan lain dari videodisc dibandingkan dengan kaset video terlihat dari kualiltas audionya yang memiliki perbedaan cukup signifikan.
· Perbedaan lain antara videodisc dan video kaset dalam pemanfaatannya di dunia pendidikan adalah adanya kemampuan videodisc untuk menampilkan gambar secara frame by frame dan memiliki dua track suara

Untuk memperoleh pemahaman yang baik tentang pemanfaatan video kaset/disc dalam SPJJ, perlu diketahui tidak saja keunggulannya, tetapi juga keterbatasannya yang tentunya menggambarkan karakteristik media video kaset/disc secara menyeluruh.
Keunggulan:
- Mampu menyampaikan materi belajar dalam bentuk audio, visual, dan gerak. Kemampuan ini pada dasarnya sama persis dengan media televisi.
- Pemanfaatan video kaset/disc tidak bergantung pada jadwal tertentu.
- Materi yang disajikan dalam program video dapat diintegrasikan dengan bahan ajar dalam bentuk lain, media cetak misalnya.
- Kendali terdapat pada peserta didik. Peserta didik dapat memulai, mengulang, dan menyelesaikan programnya sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Durasi program video kaset/disc fleksibel. Panjang pendeknya program tidak ditentukan oleh durasi tertentu seperti halnya program yang ditayangkan melalui media televisi, melainkan dengan materi dan tujuan program.

Keterbatasan :
- Diperlukan alat pemutar kaset video/video disc, video cassette/disc player yang harganya tidak murah.
- Biaya pengganti kaset video relatif lebih mahal dibandingkan dengan kaset audio dan video disc lebih mahal dari kaset video. Untuk mata ajaran/mata kuliah yang hanya diikuti peserta didik dengan jumlah terbatas, kompensasi pengganti biaya kaset video ataupun video disc menjadi lebih mahal.

Keunggulan yang melekat pada media kaset video/video disc ini memberikan banyak keleluasaan dalam merancang proses pengajaran dan pembelajaran dalam SPJJ. Sejauh mana media kaset video/video disc ini dapat berperan dalam pembelajaran jarak jauh, merupakan hal menarik untuk dibahas.
Pemanfaatan Media Kaset Video dalam SPJJ
Penggunaan kaset/disc video dalam SPJJ sangat membantu peserta didik yang tidak sempat menyaksikan tayangan program melalui media televisi. Selain itu, memberi kesempatan kepada peserta didik yang ingin mempelajari materi-materi dalam program secara lebih mendalam dengan kecepatan belajar mereka masing-masing. Sementara cara penggunaan kaset video yang kedua adalah merancang secara khusus bahan ajar yang akan disampaikan dalam video kaset/videodisc. Cara kedua ini umumnya dapat lebih mengenai sasaran atau tujuan pembelajaran, karena perancang program tidak perlu terikat pada durasi program yang biasanya disyaratkan bila ditayangkan melalui media televisi serta dapat memberikan instruksi atau arahan dalam mempelajari bahan ajar. Denagan memprhatikan karakteristik media kaset video serta karakteristik SPJJ, media ini mampu berperan banyak dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dengan menggunakan SPJJ. Secara spesifik, peranan media kaset/disc video dalam proses pengajaran dan pembelajaran si SPJJ dapat diidentifikasi sebagai berikut:
- Materi yang disampaikan melalui media cetak yang memiliki keterbatasan dalam menyajikan visualisasi dan gerak akan terbantu dengan kehadiran kaset video/videodisc. Materi yang tidak dapat dituangkan dalam media cetak karena memerlukan banyak visualisasi atau bahkan gerkan dapat disampaikan melalui kaset video/videodisc.
- Karakteristik lain dari media kaset video yang sangat menunjang proses pengajaran dan pembelajaran dalam SPJJ adalah kendali menggunakan media ini sepenuhnya berada di tangan peserta didik. Peserta didik dapat menghidupkan, mematikan, mengulang, istirahat sejenak sesuai dengan keinginan/kemampuan mereka atau sesuai dengan rancangan program. Peserta didik dapat memilih sekehendak hati mereka bagian mana yang akan mereka pelajari lebih seksama atau bagian mana yang dapat mereka acuhkan. Selain itu, peserta didik dapat mengikuti arahan yang diberikan oleh program video untuk melakukan suatu kegiatan. Kehadiran media kaset video sebagai bagian yang terintegrasi dengan media cetak, dapat dimunculkan untuk memberikan penjelasan yang bersifat gerak dan visual. Kemampuan media kaset video untuk digunakan secara terkait atau terintegrasi dengan bahan ajar lain sangat membantu pemahaman peserta didik dalam mempelajari suatu materi. Kemampuan kaset video dalam menghadirkan interaksi jauh lebih baik dari pada media televisi, walaupun dalam tingkat rendah. Kemampuan berinteraksi ini sangat berperan dalam peningkatan kualitas proses belajar peserta didik.
- Proses pengajaran dan pembelajaran lain yang dapat didukung oleh kehadiran media kaset video dalam SPJJ adalah adanya kesempatan untuk menyaksikan program video secara berkelompok. Program kaset video dapat didesain dalam beberapa cuplikan/fragmen pendek untuk menjadi bahan diskusi kelompok. Diskusi kelompok yang membahas materi yang disampaikan dalam program video akan bermanfaat bagi peserta didik untuk dapat merefleksikan pengalaman ataupun opini mereka terhadap materi terkait.

3) Komputer
Jenis media lain yang dikategorikan sebagai media personal adalah media berbasis komputer. Komputer hingga saat ini merupakan satu-satunya media yang memiliki teknologi yang berkemampuan interaktif. Dewasa ini komputer tidak lagi merupakan konsumsi bagi mereka yang bergerak dalam dunia bisnis dan usaha, tetapi telah dimanfaatkan secara luas oleh dunia pendidikan.
Karakteristik
Kebutuhan akan kehadiran media komputer dalam dunia pendidikan ini sangat terasa, terutama oleh institusi yang menerapkan SPJJ. Hal ini disebabkan oleh karakteristik media komputer, antara lain:
· Memungkinkan terjadinya interaksi antara peserta didik dan materi pembelajaran,
· Memungkinkan terjadi proses belajar mandiri sesuai dengan kemampuan belajar peserta didik,
· Mampu menampilkan unsur audio visual,
· Dapat memberikan umpan balik,
· Menciptakan proses belajar berkesinambungan.
Karakteristik media berbasis komputer ini sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagi media pembelajaran dalam SPJJ. Potensi yang sulit diperoleh melalui media lain dapat terakomodasi .

Bentuk penyajian
Keunggulan media berbasis komputer dari segi kemampuan menghadirkan interaktivitas telah dieksploitasi dalam berbagai bentuk penyajian. Enam bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan dalam merancang materi pembelajaran, yaitu:
1. praktek dan latihan (drill and practice)
2. tutorial
3. permainan (game)
4. simulasi (simulation)
5. penemuan (discovery)
6. pemecahan masalah (problem solving)


Keenam bentuk penyajian materi melalui media komputer masing-masing memiliki keunggulan dan keterbatasan. Program yang berbentuk drill and practice umumnya digunakan untuk menyajikan materi pembelajaran yang bersifat konsep, prionsip atau prosedur. Bentuk penyajian ini ditujukan untuk melatih kecakapan dan ketrampilan. Interaksi yang digunakan pada bentuk penyajian ini dilakukan dengan cara pemberian soal atau kasus yang memerlukan respoons dari peserta didik sekaligus disertai umpan baliknya.
Bentuk lain dari penyajian media berbantuan komputer ini adalah tutorial. Program ini menyajikan informasi atau pengetahuan tertentu yang diikuti dengan latihan pemecahan soal dan kasus. Bentuk interaksi yang terlihat menonjol dalam penyajian ini adalah penyajian informasi dalambentuk bercabang (branchea), yang memberika kebebasan bagi peserta didik untuk mempelajari materi ajar.
Penyajian dalam bentuk permainan (games) umumnya ditujukan untuk memotivasi peserta didik dalam mempelajari materi atau informasi yang disampaikan.
Simulasi sebagai salah satu bentuk penyajian media berbantuan komputer, merupakan sebuah upaya untuk melibatkan peserta didik dalam persoalan yang mirip dengan situasi yang sebenarnya tanpa resiko yang nyata. Melalui program simulasi, peserta diajak untuk membuat keputusan yang tepat dari beberapa alternatif solusi yang ada. Setiap keputusan yang diambil akan memberikan dampak tertentu.
Dalam program berbentuk penemuan (discovery), penyajian materi difokuskan pada pemecahan masalah dengan cara trial and error. Melalui bentuk penyajian ini, peserta didik diarahkan untuk dapat menemukan solusi dari permasalahan yang dihadirkan. Dengan strategi ini, peserta didik diharapkan dapat memahami proses yang dilalui untuk memecahkan masalah dan mampu mengingatnya lebih lama.
Bentuk lain penyajian komputer interaktif adalah problem solving atau pemecahan masalah. Pada prinsipnya bentuk penyajian ini menitikberatkan pafa melatih peserta didik untuk memecahkan permasalahan, yang jawabnya telah disediakan dalam program.
Variasi interaksi yang dapat dihadirkan melalui media komputer tersebut memperkaya cara penyamnpaian materi pembelajaran dalam SPJJ.


Video Interaktif (Interactive Video)
Salah satu bentuk pemanfaatan media berbantuan komputer yang juga mampu menghadirkan proses belajar yang bersifat interaktif dalam SPJJ adalah video interaktif. Video interaktif ini merupakan bentuk penyajian materi pembelajaran yang dikemas dalam rekaman video tetapi disajikan dalam kendali komputer. Media komputer memegang peranan penting utntuk menghadirkan kemampuan inteligen dan interaktivitas, sementara video menghadirkan materi pembelajaran dalam bentuk suara dan gambar. Perpaduan antara dua karakteristik media tersebut menjadikan media ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh masing-masing media jika harus berdiri sendiri.
Keunggulan lain dari video interaktif adalah melekatnya karakteristik individualisasi. Karakter ini memungkinakan peserta didik/pengguna untuk memanfaatkan program sesuai dengan kemampuan dan keinginannya. Selain itu, video interaktif mampu menghadirkan bentuk simulasi.
Walaupun memiliki banyak kelebihan, video interaktif memiliki keterbatasan yang menghambat pengembangan dan pemanfaatannya dalam prod\ses pembelajaran, yaitu biaya. Biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan media ini relatif tinggi, sehingga tidak banyak institusi pendidikan jarak jauh mampu menawarkan materi ajarnya dalam bentuk video interaktif.

Pemanfaatan Media berbantuan Komputer dalam SPJJ
Pemanfaatan media berbantuan komputer pada institusi yang menerapkan SPJJ masih terasa terbatas. Pada negara-negara maju kepemilikan perangkat komputer tidak merata. Misalnya di UKOU-Inggris, pada tahun 1988 tercatat bahwa hanya 35% mahasiswa memiliki perangkat komputer atau memiliki akses terhadap komputer, 38% menyewa, dan 27% sengaja membeli perangkat komputer untuk keperluan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media berbantuan komputer masih menghadapi kendala, terutama dalam hal ketersedian perangkat.

Media Telekomunikasi
Kemajuan yang sangat cepat dalam bidang telekomunikasi mempunyai dampak yang cukup berarti dalam penyelenggaraan SPJJ. Komunikasi elektronik jarak jauh dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu: dalam bentuk teks, audio, dan video. Berdasarkan cara komunikasi ini, media telekomunikasi yang dapat dimanfaatkan dalam SPJJ ini dibedakan dalam beberapa jenis, antara lain:
* Audio Conferencing
* Video conferencing
* Internet
* Computer conferencing

1) Audio Teleconference/Telekonferensi Audio
Bentuk lain dari media telekomunikasi yang dapat diterapkan dalam SPJJ adalah telekonferensi audio. Telekonferensi audio (audio teleconference) pada dasarnya merupakan perluasan atau perpanjangan dari pemanfaatan telepon biasa. Kemajuan dua arah yang terjadi dalam sebuah telekonferensi audio umumnya dilakukan secara langsung dengan menggunakan saluran telepon maupun satelit. Telekonferensi ini terjadi untuk menjembatani pertemuan antarindividu atau kelompok yang berada pada lokasi yang berbeda, pada saat yang bersamaan. Dalam SPJJ, kegiatan ini terjadi.

Keunggulan:
Telekonferensi audio memiliki beberapa keunggulan sebagai beirkut:
* Pesawat telepon sudah memastarakat, sehingga telekonferensi audio sangat potensial digunakan.
* Relatif murah, efektif, dan mudah untuk digunakan.
* Jangkauan luas, sehingga memungkinkan partisipasi mahasiswa dari berbagai lokasi.
* Tingkat interaktivitas dalam pemanfaatan telekonferensi audio ini tinggi, sehingga memungkinkan peserta dan narasumber atau instruktur dapat saling berbicara satu dengan yang lain.



Keterbatasan:
Sedangkan keterbatasan telekonferensi audio adalah sebagai berikut:
* Tidak mampu menyajikan materi yang bersifat visual. Kendala ini dapat diatasi dengan mempersiapkan materi yang bersifat visual di lokasi konferensi sebelum kegiatan dimulai.
* Penerimaan suara kurang baik. Pada komunikasi audio jarak jauh kendala kurang baiknya kualitas radio sering ditemukan. Untuk mengatasi kendala ini, penyelenggara perlu memperhatikan peralatan microphone-amplifier khusus disetiap lokasi.
* Terbatasnya pengalaman menggunakan media ini, membuat peserta enggan mengikuti kegiatan konferensi audio.

Peralatan yang diperlukan:
Dalam pendidikan jarak jauh, telekonferensi audio untuk mempertemukan peserta didik baik dalam bentuk kelas maupun kelompok yang lebih kecil dengan kelompok lain atau narasumber. peralatan yang diperlukan untuk telekonferensi audio ini adalah sebagai berikut:
§ Untuk telekonferensi yang memhubungkan satu narasumber dan satu kelompok, maka peralatan yang dibutuhkan adalah pesawat telepon biasa untuk narasumber, sedangkan untuk kelompok dibutuhkan tambahan peralatan berupa speaker telepon.
§ Sementara untuk menghubungkan dua atau lebih kelompok peserta konferensi maka dibutuhkan peralatan amplifier microphone khusus pada tiap lokasi. Peralatan ini diperlukan untuk memastikan bahwa suara yang didengar cukup jelas.
§ Selain itu, dibutuhkan peralatan yang disebut dengan brigde yang merupakan sistem elektronik yang menghubungkan suara dari seluruh lokasi yang mengikuti konferensi tersebut, menyeleraskan level suara, memfilter gangguan-gangguan, dan memperhatikan masalah tidak tersambungnya hubungan telepon.


Pemanfaatan Telekonferensi Audio
Pemanfaatan telekonferensi audio dalam SPJJ dilakukan dengan berbagai macam sistem. Pemanfaatan telekonferensi audio dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah sebagai berikut:
§ User-inisiated conference calls; konferensi terselenggara karena peserta berinisiatif menelepon. Untuk melakukan pemanfaatan telekonferensi dengan cara ini, pastikan bahwa semua peserta didik memiliki daftar nomor telepon orang atau tutor yang dapat mereka hubungi. Kemudian dorong setiap peserta didik untuk tidak sungkan-sungkan berkomunikasi melalui telepon sesuai denagn kebutuhannya
§ Operator-initiated; peserta konferensi dihubungi oleh operator. Dengan cara ini operator menghubungi peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok untuk melakukan telekonferensi.
§ Dial-in or meet-me teleconferencing; konferensi audio yang diselenggarakan dengan sistem yang mempersilahkan para peserta untuk mengontak atau menelepon penyelenggara konferensi.
Dalam berbagai kasus penyelenggaraan pendidikan jarak jauh, peserta didik lebih suka memanfaatkan model pertama.
2) Konferensi Video (Video Conferencing)
Pada dasarnya prinsip penggunaan video konferensi pada SPJJ tidak jauh berbeda dengan audio konferensi. Kelebihan yang dimiliki oleh konferensi video ini adalah para peserta dapat melihat satu dengan yang lain pada TV monitor. Artinya melalui konferensi video, peserta didik tidak hanya bisa mendengar tapi juga melihat (kombinasi antara suara dan gambar).
Keunggulan:
§ Memiliki nilai biaya efisien. Segala bentuk program yang disiarkan secara broadcast yang mampu mencapai sasaran pada lokasi yang berpencar, pada umumnya memiliki nilai biaya efisien.
§ Memiliki kemampuan penyajian materi atau informasi yang bersifat audiovisual.
§ Memiliki kemampuan komunikasi dua arah, sehingga dapat membantu mengatasi keterbatasan jarak, ruang, dan waktu.
Keterbatasan:
§ Biaya pengadaan fasilitas, peralatan konferensi video, dan juga biaya penyelenggaraan komunikasi dua arah melalui telepon yang cukup mahal.
§ Pemanfaatan konferensi video menuntut persiapan yang lebih baik dan matang bagi tenaga pengajar/tutor, terutama dalam menyiapkan materi yang bersifat visual.
§ Durasi penyelenggaraan konferensi video terbatas. Berdasarkan pada sejumlah pendapat dari para pengguna, penyelenggaraan konferensi video sebaiknya tidak mencapai satu jam. Penggunaan konferensi video dengan durasi mencapai satu jam atau lebih menimbulkan kelelahan dan juga kehilangan daya kosentrasi. Dengan demikian apabila konferensi video harus dilakukan selama lebih dari satu jam, maka perlu diberikan waktu istirahat untuk memulihkan daya konsentrasi para peserta.

Peralatan yang diperlukan:
Beberapa perlatan yang diperlukan baik di lokasi pengirim maupun lokasi penerima antara lain adalah sebagai beirkut:
§ kamera,
§ mikropon,
§ monitor
§ Video Cassette Rercorder (VCR)
§ peralatan transmisi (seperti serat optik, kabel, microwave, satelit atau kombinasi dari kesemuanya; dan
§ peralatan komunikasi dua arah (talkback devices) berupa saluran telepon.


Pemanfaatan Konferensi Video Dalam SPJJ
Pemanfaatan konferensi video memerlukan persiapan yang matang baik di lokasi pengirim mapun penerima. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah sebagai beirkut:
1. Pastikan bahwa semua peralatan seperti tersebut di atas telah lengkap dan diinstal dengan baik, baik di lokasi pengirim maupun penerima.
2. Pastikan bahwa konverensi video telah terjadwal dengan baik (misal jadwal per bulan, triwulan atau semester berikut mata ajar dan narasumbernya).
3. Pastikan peristiwa/proses konferensi video telah direkam dengan baik. Sehingga, bagi peserta didik yang tidak sempat mengikuti konverensi video dapat mempelajarinya dengan cara menonton rekaman melalui video cassette.


3) Konferensi via Komputer (Computer Conferencing)
Dengan kemajuan teknologi, pemanfaatan komputer dalam proses pembelajaraan tidak hanya terbatas pada penggunaan stand alone, tetapi dapat pula dilakukan dalam bentuk jaringan, yang dikenal dengan internet. Jaringan komputer telah memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang lebuh luas, interaktif, dan lebih fleksibel. Jaringan ini mampu menghubungkan beraturs ribu jaringan komputer. Dengan kemampuan ini, internet dapat menjadi media komunikasi dalam proses pembelajaran jarak jauh, sekaligus dapat berperan sebagai sumber pembelajaran.

Keunggulan
Konferensi melalui internet memiliki keunggulan antara lain sebagai berikut:
§ Dapat menjangkau peserta yang tidak terbatas jumlahnya pada saat bersamaan.
§ Tidak dibatasi oleh ruang, waktu dan bahkan teritorial negara.
§ Mampu menyajikan teks, gambar, animasi, suara dan video dengan kecepatan yang relatif tinggi (min. 156 KBPS)
§ Mampu melakukan link ke berbagai lokasi (site) lain di dunia.
§ Interaktifitas sangat tinggi


Keterbatasan:
Konferensi melalui internet memiliki keterbatasan antara lain sebagai berikut:
§ Membutuhkan keterampilan menggunakan komputer (computer literacy);
§ Pulsa internet relatif masih mahal;
Peralatan yang diperlukan:
§ Unit komputer yang terhubung ke internet
§ Line telepon
§ Modem
§ Peralatan Local Area Network (seperti HUB, LAN Port, dll)
§ Computer Speaker
§ Camera


Pemanfaatan Internet dalam PJJ:
Pemanfaatan internet dalam PJJ dapat dilakukan dalam beberapa cara, antara lain adalah sebagai beirkut:
§ Chatting (dialog elektronik); tutor dan satu atau lebih peserta didik dapat secara bersamaan berdialog menggunakan teks atau suara melalui internet. melalaui chatting, proses telekomunikasi berlangsung secara bersamaan (sinchronous) dan umpan balik tidak tertunda. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Baik tutor atau peserta didik memiliki alamat e-mail masing-masing.
2. Tutor atau peserta didik telah mendapat pelatihan cara berdialog secara elektronik (chatting)
3. Tutor dan peserta didik memanfaatkan salah satu operator internet yang menyediakan fasilitas chatting (misal http:www.yahoo.com).
4. Tutor dan peserta didik menentukan jadwal kapan chatting melalui operator internet tersebut dapat dilakukan.
5. Selanjutnya Tutor dan peserta didik dapat berdiskusi berkaitan dengan topik yang telah disepakati mereka secara bersama.
§ Electronik Mail (e-Mail); tutor dan peserta didik dapat saling berikirim surat secara elektronik melalui e-mail. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berkoresponden secara elektronik adalah sebagai berikut:
1. Baik tutor atau peserta didik memiliki alamat e-mail masing-masing.
2. Tutor atau peserta didik telah mendapat pelatihan cara berkoresponden secara elektronik (e-mail)
3. Peserta didik bertanya kepada tutor dengan cara mengirim e-mail ke alamat tutornya untuk mendapatkan umpan balik.
4. Atau tutor memberikan tugas/pertanyaan dengan cara mengilim e-mail ke alamat peserta didiknya untuk dijawab/dikerjakan.
5. Atau peserta didik dan peserta didik lain saling bertukar informasi, ide dan lain-lain dengan cara saling berkirim e-mail.
§ Mailing List (Millist); Mailing list adalah perpanjangan penerapan e-mail. melalui mailinglist satu surat elektronik dapat ditujukan kepada beberapa lamat e-mail yang telah terdaftar di mailinglist tersebut sekaligus. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Baik tutor atau peserta didik memiliki alamat e-mail masing-masing.
2. Tutor atau peserta didik telah mendapat pelatihan cara berkoresponden kelompok (mailing list).
3. Tutor membuat suatu alamat millist dan memasukan semua alamat e-mail peserta didiknya kedalam millist tersebut.
4. Tutor dapat mengirim informasi atau melontarkan masalah untuk didiskusikan melalui millist tersebut sehingga secara bersamaan semua peserta didik yang terdaftar dalam millist tersebut dapat menerima informasi yang sama.
5. Begitu pula sebaliknya, peserta didik dapat mengirim informasi atau melontarkan masalah untuk didiskusikan melalui millist tersebut sehingga secara bersamaan semua anggota millist dapat memperoleh informasi yang sama.